Kamis, 18 April 2013

4 jenis nafsu manusia



Setiap manusia mempunyai  Empat jenis nafsu
1.Nafsu mutmainnah
2.Nafsu supiah
3.Nafsu amarah
4.Nafsu lawwamah
Falsafah Barat menyebut nafsu sebagai insting atau kehendak dasar manusia yang tidak bisa dicegah, datang sendiri sebagai pendorong kepribadian.
Mereka membagi insting ini menjadi empat yaitu:



a.Egocentros, insting mementingkan diri sendiri
b.Polemos, insting perjuangan
c.Eros, insting menutup aurat
d.Religios, insting mencari Tuhan atau beragama
Berbeda dengan falsafah Barat, maka ahli tasawuf Islam menyebut insting sebagai nafsu serta mengklasifikasinya menjadi lebih lengkap dan sempurna.
Kata "nafst" di dalam bahasa Arab dimaksudkan untuk menyebut makhluk manusia. (ingat dalam ayat al Qur'an: rabbi an nas; Tuhan dari manusia)
Perbedaan jumlah dan jenis nafsu serta kemampuan pengendaliannya merupakan salah satu pembeda antara manusia dengan binatang.
Hal ini sesuai dengan pengertian nafsu dari segi bahasa, yang artinya person, self atau diri sendiri.
Ahli tasawuf mengelompokkan nafsu menjadi dua jenis yaitu:


A. Keinginan atau syahwat dibagi dua yaitu:
A1. Nafsu berbuat baik atau mutmainnah, yang mendorong manusia untuk berbuat baik, berkemanusiaan, atau disebut sebagai sifat ketuhanan.
A2. Nafsu asmara atau supiah yang membakar api kebirahian remaja, ingin mempercantik/mempergagah diri
B. Kemurkaan atau godhob dibagi dua yaitu:
B1. Nafsu kemurkaan-marah atau amarah. Dengan nafsu ini manusiaberusahamempertahankandan membangun diri.
Tindakannya berupa perbuatannya melawan, berkelahi, berlindung atau melarikan diri.
Sifatnya keras kepala dan suka mencela.

B2. Nafsu untuk mengembangkan diri atau lawwamah, diibaratkan raksasa yang ingin menelan apa saja yang ada di hadapannya.
Sifat tamak serta rakus dari nafsu ini, apabila diatur dan disalurkan dengan baik akan mendorong manusia ke arah kemajuan pembangunan material.

Nafsu adalah jiwa manusia dalam kehidupan di dunia.
Ketika berada dalam janin di rahim ibunya, "nafsu" disebut sebagai ruh.
Begitu lahir ia dikatakan sebagai nafsu.

Di dalam bahasa Minang, dikenal istilah "raso" yang selalu dikaitkan dengan aktivitas otak.
" Rasa" dapat disebut sebagai "induk" dari nafsu atau dengan kata lainnya raso adalah ruh yang dapat ditampakkan oleh seseorang.
Nafst adalah bahasa Arab, kata benda abstrak yang lebih sukar dipahami.
Rasa dapat diekpresikan dengan gerakan fisik tubuh sehingga mudah diaplikasikan.
Oleh sebab itu penggunaan kata-kata yang merujuk kepada aktivitas nafsu agar selalu didahului oleh kata" rasa".
Misalnya: rasa malu, rasa birahi, perasaan serakah, dst.
Nafsu diilhami oleh dua kekuatan, yaitu takwa dan kejahatan.
Quran surat 9: 8:"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya".
Kekuatan baik sumbernya adalah akal-kebijaksanaan manusia dan petunjuk agama. Kekuatan buruk sumbernya nafsu angkara murka manusia dan godaan setan.
Ruh yang ditiupkan Allah sewaktu seseorang berada di dalam rahim ibunya, perlu menjalani latihan pengendalian diri.
Disiplin diri ibu hamil, disiplin bayi, disiplin anak-anak, dan remaja berguna untuk mengembangkan saraf-saraf penahan hormon-hormon yang mempengaruhi/mengatur nafsu seseorang.
Ibadah puasa sangat perlu dilakukankan secara sadar, sehingga nafsu jadi terkendali.
Masing-masing nafsu yang memiliki dua sisi ini tidak boleh terlalu diikuti keinginannya, walaupun nafsu yang kelihatannya baik.


Artinya berbuat kebaikan cukup biasa-biasa saja, jangan terlampau berlebihan.
Kadang-kadang perbuatan yang kelihatannya terpuji tersebut hanyalah perasaan ingin terkenal dan dipuji orang.
Jika nafsu lawwamah yang ujudnya adalah sifat kikir, serakah, loba tamak, suka makan enak dihilangkan sama sekali, maka tidak akan ada pembangunan gedung-gedung, universitas-pendidikan tinggi, peningkatan kesehatan dll.
Nafsu supiah yang ujudnya rasa birahi dihilangkan, maka manusia akan punah. Hal ini sama saja dengan memusnahkan spesies manusia.
Dari segi bahasa, orang yang menghilangkan nafsu berarti membunuh sifat kemanusiaan atau tidak manusiawi.
Oleh sebab itu nafsu tidak boleh dihilangkan, tetapi dikendalikan supaya orang tetap menjadi manusia.



Agar menjadi orang yang PD
Dahulukan pretasi dari gengsi
Pesan ditujukan kepada ABG
Kepribadian jangan dikendalikan emosi

Kabbalah


Pada abad pertengahan, di Barat sedang terjadi pergulatan antara nalar dan agama. Nalar adalah refleksi dari rasionalitas yang terbelenggu oleh dogma gereja yang ambigu. Pada akhirnya Nalar berhasil mengesampingkan keimanan, akibatnya barat menjadi tersekularkan.
Setelah melewati masaRenaissance, periode pencerahan hingga sampai ke zaman modern ini keimanan semakin terbenam dalam kubangan rasionalitas. Nalar dipisahkan dari agama dan keyakinan hanyalah persoalan individu semata yang didominasi oleh kebebasan yang azasi.
Di Amerika, gereja semakin ditinggalkan jamaahnya lantaran rumah ibadah tersebut menjadi penghalang dalam mengekspresikan kebebasan akal.
Madonna, salah seorang diva musik dunia memilih untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran Kabbalah, disusul oleh Demi Moore dan sederet artis kondang lainnya. Saat ini Kabbalah menjadi agama alternatif bagi sejumlah selebritis dunia. Faktor apa yang seolah menghipnotis minat sehingga Kabbalah menjadi pilihan mereka?
Sejatinya Kabbalah adalah kepercayaan Yahudi yang amat rahasia disampaikan pada anggota dari mulut ke mulut. Ajarannya berupa ilmu sihir dan ritual pemujaan setan yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun. Secara harafiah Kabbalah (Qabala) bermakna tradisi lisan. Kata Kabbala diambil dari bahasa Ibrani: qibil yang bermakna menerima atau tradisi warisan. Dengan demikian ajaran Kabbalah mempunyai arti menerima doktrin ilmu sihir (okultisme) yang hanya diketahui oleh segelintir orang.
Menurut sejarah, Ordo Kabbalah telah berusia 4.000 tahun, sejak Nabi Ibrahim as meninggalkan Sumeria, akhirnya menyebar ke Mesir Kuno hingga Ke Palestina. Ordo Kabbalah dibentuk dan diberi nama Ordo Persaudaraan saat perpindahan Bani Israil ke Babilonia yakni pada era Dinasti Ur ke 3 ( 2112 -2004 SM ). Salah seorang pendeta tinggi Kabbalah yakni Samiri yang mengajak Bani Israil saat eksodus dari Mesir untuk menyembah anak sapi emas bertepatan saat Nabi Musa as berkhalwat di gunung Tursina-Sinai.
Doktrin mistis Kabbalah merupakan induk dari segala ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini. Sejatinya merupakan elemen eksternal yang menyusup ke dalam agama Yahudi. Ditinjau dari segi pemahaman, Kabbalah terdiri dari 3 ordo : Ordo Hijau, Kuning, serta Putih. Ordo putih nyaris tidak teridentifikasi oleh peneliti. Hal ini lebih disebabkan gerakannya sangat rahasia, dan mereka berkonsentrasi pada misi politik. Sedang ordo Hijau dan Kuning lebih menekankan pada aspek penyembahan terhadap Lucifer.
Ajaran Kabbalah dirumuskan untuk menentukan jalannya peradaban manusia dengan membentuk satu pemerintahan dunia (E Pluribus Unum) di bawah kendali Yahudi. Tradisi Kabbalah ditengarai menghasilkan filsuf besar seperti Plato, Socrates dan lain-lain, juga faham Rasisme yang kemudian diadopsi Hitler untuk berkuasa. Untuk dibaiat menjadi anggota ordo putih, harus memiliki gelar magister pada satu disiplin ilmu. Hanya Yahudi dari garis keturunan yang lurus yang diizinkan untuk menjadi anggota. Di dalam fase rekrutmen ini ditempuh melalui pendidikan tidak kurang dari 40 hari. Prinsip ini yang selanjutnya digunakan oleh kelompok persaudaraan Illuminati.
Menurut ajaran Kabbalah, proses penciptaan dimulai dengan munculnya benda-benda yang disebut Sefiroth yang artinya lingkaran-lingkaran atau orbit-orbit yang bersifat material maupun spiritual. Benda tersebut berjumlah 32. Sepuluh yang pertama beremanasi dengan Tuhan yang gaib di kedalaman yang tak terbatas. Dogma Kabbalah ada relasinya dengan sistem kepercayaan astrologi kuno. Pada hakekatnya Kabbalah telah menyimpang jauh dari agama Yahudi. Ajaran tersebut menjadi doktrin mistis dari keimanan Yahudi yang melenceng dari Taurat.
Theodore Reinach seorang pakar sejarah Yahudi mendiskripsikan bahwa Kabbalah adalah racun teramat halus yang menyusup dan memenuhi nadi agama Yahudi. Doktrin tentang Tuhan mereka, bertentangan dengan fakta penciptaan dalam Taurat.
Penjelasan kaum Kabbalis tentang Tuhan direfleksikan sebagai bentuk tertinggi yang tak terlukiskan yang disebut En Sof. Adapun En Sof telah memanifestasikan dirinya kepada pengikutnya dalam sepuluh aspek (Sefiroth) realitas ilahiah. Kesepuluh aspek tersebut yakni: Kether Elyon : Mahkota tertinggi; Hokhmah : Kebijaksanaan; Binah : Akal; Hesed : Cinta atau pengampunan; Din : Kekuasaan; Rakhamim: Kasih Sayang; Netsakh : Keabadian; Hod : Kegungan; Yesod : Fondasi; Malkuth: Kerajaan (Sekhinah).
Sebenarnya Sefiroth adalah ekspresi paling lugas dari ajaran pagan Kabbalah, diilustrasikan sebagai pohon yang tumbuh terbalik, akarnya di kedalaman, En Sof dan puncaknya terdapat di Sekhinah ( dunia ). En Sof merupakan jabaran dari getah yang mengalir melalui dahan pohon dan membuatnya hidup serta menyatukan dahan-dahan dalam realitas yang rumit dan misterius.
Kaum Kabbalis tidak antagonis terhadap falsafah namun bagi mereka simbolisme dan mitologi jauh lebih memuaskan dalam menyingkap hakekat Tuhan.
Ketika berakhirnya kekuasaan Romawi di Palestina, para pendeta Kabbalah memutuskan untuk merekam tradisi lisan tersebut ke dalam papyrus agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Tugas tersebut diamanahkan pada Rabbi Akiva Ben Josef seorang ketua majelis tinggi pendeta Sanhendrin, serta seorang kepercayaannya rabbi Simon Ben Joachai. Kitab suci Kabbalah terbagi dalam dua buku: Sefer Yetzerah (Kitab Penciptaan) dan Sefer Zohar (Kitab Kemegahan). Zohar penuh dengan ayat-ayat rahasia. Ayat-ayat tersebut hanya bisa dipahami melalui kitab Yetzerah.
Di Eropa beberapa abad setelah Masehi muncul Sefer Bahir (Kitab Cahaya).
Kitab suci Kabbalah ditulis dalam bahasa Ibrani, selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Rujukan kaum Kabbalis tersebut berisi ajaran suci bagi kultus sesat dan penyembahan terhadap iblis. Teologi Kabbalah tersusun dari mitologi paganisme dan menjadi dasar dari kemerosotan agama Yahudi. Klaim Kabbalah bahwa manusia bertanggung jawab terhadap keberadaannya. Kaum Kabbalis menyebut iblis sebagai Lucifer (cahaya atau pencerahan ). Hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu kekuasaan yang berasal dari cahaya, api dan matahari yang merupakan perlambang iblis.
Di dalam struktur ajaran mereka terdapat hirarki kekuasaan: Sefrotim (penyinaran) diasosiasikan sebagai makhuk supra natural. Dalam bahasa Ibrani disebut : Shedim yang terdiri dari sejumlah roh. Shedim yang kawin dengan manusia disebut Mazzikim dan anak hasil perkawinannya disebut: Banim Shovanim (anak haram jadah).
Kabbalah merepresentasikan bahwa manusia menjadi suci setara dengan Tuhan, dalam istilah modern dikenal dengan faham Humanisme.
Penganut Kabbalah menggunakan simbol-simbol. Organ lelaki disimbolkan dengan Phallus (Lingga), perlambang kekuasaan regeneratif. Organ wanita dimanifestasikan oleh Yuna yang melambangkan kesuburan.
Lain halnya untuk menjelaskan struktur hirarki, mereka menggunakan segitiga dan piramida. Para elit Kabbalis berada pada puncak piramida yang menguasai massa yang menopang bangunan tersebut. Teologi Kabbalah merebak ke seluruh dunia, hadir dalam masyarakat diberbagai aspek. Di Indonesia pernah ada gereja iblis, hotel serta night club yang dinisbahkan kepada Lucifer. Sedang di Persia kaum Kabbalis mengejawantah ke dalam agama Zoroasterisme. Para pemuka agama Zoroaster disebut dengan Magi, ritual ajarannya: Magus. Dari isitilah itulah muncul ilmu magis. Adapun Hadits Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa Zoroaster seperti halnya Majusi, aliran ini mempelajari sihir okultisme dan tenung dengan bantuan jin.
Seiring dengan merebaknya Ilmu Astrologi dan numerologi, agama Kabbalahpun berkembang di Sumeria-Mesir, Babilonia sampai ke Persia. Ajaran Kabbalah di Persia tertulis dalam kitab Avesta, sedang Lucifer disebut: Ahuramazda (Ormuzd : sang pembawa cahaya) yang diaplikasikan dengan penyembahan api dan matahari.
Di Palestina ajaran Kabbalah menyebar dipimpin oleh Herodes II, gubernur Romawi serta dua orang pembantunya: Ahiram Abiyud dan Moav Levi, mereka melawan ajaran Yesus, kelompok tersebut berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Yerusalem. Majelis Kuasa Rahasia Kabbalah yang dipimpin Herodes II memerintah untuk menyembelih Nabi Zakaria as, juga membunuh Nabi Yahya as dan meletakkan penggalan kepalanya di atas nampan. Gubernur lalim tersebut juga mengeluarkan dekrit hukum mati terhadap Yesus (Nabi Isa as). Dalam waktu singkat, Injil versi Kabbalah berkembang ke seantero kekaisaran Romawi dan menjalar hingga ke Eropa.
Selanjutnya Majelis tersebut juga mendirikan The Knights Templar yang merupakan cikal bakal dari gerakan Freemasonry dengan cara menyusupkan anggotanya sebagai seorang Kristen Katholik yang berperan sebagai ordo militer dalam perang salib.
Di Provence-Perancis tradisi lisan Kabbalah dibukukan pada abad ke-13. Kaum Kabbalis generasi selanjutnya memaparkan bahwa problem kejahatan sejatinya merupakan dampak dari kecelakaan primordial yang terjadi pada awal proses pengungkapan diri Tuhan. Mitologi Kabbalah telah terbukti memuaskan secara psikologis saat tragedi menyelimuti kaum Yahudi Spanyol pada abad ke-15. Tuhan Kabbalis berperan membantu memaknai penderitaan yang membelenggu. Metode pencerahan ala Kabbalah seperti layaknya metode psikoanalis masa kini dalam pencarian kebenaran sekular, Teologi yang menyimpang ini membebaskan seseorang dari penjara duniawi membawa menuju ranah ilahiah, dengan cara inilah belenggu jiwa dibuka hingga ditemukan sumber kekuatan psikis yang mencerahkan serta mengobati penderitaan. Mistisisme Kabbalis menjustifikasi mampu menerobos ke dalam pikiran dibanding bentuk-bentuk agama yang ”rasional”. Klaim mereka “bahwa Tuhan kaum Kabbalis mampu menjawab kebutuhan, ketakutan dan kecemasan primitive”.
Sampai sejauh ini Barat menilai Tuhan dengan caranya yang kian sekular. Sesungguhnya seperti itulah gambaran tentang pencarian Tuhan oleh para selebritis dunia yang semakin kebablasan.
Jauh berbeda dengan aqidah Islam ; sebelum membangun kerangka iman terlebih dulu dilakukan pemahaman lewat ilmu, yang diimplementasikan dengan amal saleh, dan yang paling utama kita harus mendudukkan wahyu di depan kenisbian nalar. Sehingga akan terwujud sinergitas yang prima antara nalar dan agama. Akhirnya hanya Islamlah satu-satunya agama yang mempunyai konsep sempurna dan final, jauh sejak agama tersebut diturunkan oleh Allah lewat wahyu melalui perantaraan Jibril kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Allahua’alm.

Lembu Peteng


DalLC kemarin (minggu ke-2 Agust), Sujiwo Tedjo berujar, jika bangsa ini mau sukses, dipimpinlah sama lembu peteng. Yakni, seseorang yang tak jelas identitas orangtuanya (ayahnya), layaknya Soeharto dan Soekarno. Atau, dalam terminologi lebih klasik, sejarah masa lalu, lembu peteng ialah mereka yang terlahir dari pernikahan atau garwo yang tidak sah (selir). Sebagai permisalan, Ken Arok yang sukses melakukan suksesi dan duduk dalam tampuk kepemerintahan. Ia, bocah haram jadah itu, naik tahta dengan “kutukan” berdarah dan semangat gelak dari dendam. 

Jauh-jauh sebelumnya Gus Dur pun pernah mengemukakan mengapa lembu peteng naik daun tiap kali masuk dalam bursa pencalonan pemimpin. Sebut saja karena lembu peteng yang lahir dari trah keraton namun tak memiliki hak secara sah untuk duduk sebagai penerus sang ayah. Kemudian disamping menjadi kekuatan tandingan yang terus membayang dalam pemerintahan yang sah, yang tak tahan dengan berbagai goncangan, lembu peteng mampu dijadikan stok jika sewaktu-waktu kekuatan tertentu ingin menebar klaim sebagai pengganti yang sah terhadap ketakbecusan pemerintah yang legitime namun tak mampu melewati masa krisis. Dengan alasan penyelamatan itulah, lembu peteng bisa dihadirkan sewaktu-waktu.

Usul “nakal” Sujiwo Tejo mengenai sosok yang layak memimpin bangsa ini: sosok lembu peteng , di tengah kemelut bangsa yang tak habis-habisnya akibat dari kepemimpinan sosok yang dinilai tak memberikan jawaban terhadap persoalan yang menimpa bangsa kita. bahkan dalam isu oposan perpolitikan negeri ini, seringkali disebut sebagai masa “kehampiran” sebagai negara gagal, adalah keresahan yang sekali-kali ingin menengok sejarah “kalau-kalau”, “mbok menawa”. Kalau dulu kita berhasil dengan kepemimpinan lembu peteng, kenapa nggak mencobanya?

Kita bisa menafsirkan lembu peteng dalam terminologi non-genetik namun masih nostalgik., yakni ; sebuah sosok yang hadir dari gelombang lain. seseorang yakni mereka yang awalnya tak diperhitungkan, mereka yang pada mulanya tak dianggap maupun yang dipandang sebelah mata. Yang kesemuanya, sebagaimana kebiasaan lembu peteng, hidup lama di antara rakyat, yang kemudian membuat mereka belajar persoaalan riil kehidupan, dibanding tumbuh dalam kerangkeng istana ( baca: lingkungan elite politik).

Mengapa penggulingan kekuasaan olem lembu peteng dan kepemimpinannya sering kali menuai sukses, walaupun kegagalannya juga berimbang.? Apa karena sejarah seorang yang tidak memiliki identitas jelas, di luar ia merupakan muncul dari kalangan rakyat biasa sehingga ia pun mendapatkan dukungan yang kuat dari rakyat.

Secara psikologi lembu peteng itu sendiri adalah sebuah “perjalanan”mencari identitas diri, pengakuan, sehingga hasrat untuk mewujudkan ambisi yang begitu besar tersembur dalam perilaku kepemimpinan mereka?

Soekarno memiliki ambisi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai polar peradaban dalam blantika politik internasional. Kita sayup-sayup atau malah masih jelas dengungan GANEFO yang ia inginkan menjadi counter PBB bikinan Amerika. Kita tahu betapa Soekarno kurang menyukai Malaysia karena Negara tersebut membebek kebijakan Inggris. Tetapi sekalipun Soekarno pernah radikal, ia tak mau mengkopi paste ideologi kiri dari blok Timur. Ia ingin komunis, nasionalis, tetapi agamis. (seberapapun akurat ideologi dan seberapa berseberangan niali-nilai yang melandasinya, terbuka kemungkinan memunculkan mengawinkan dengan rekayasa sedemikian rupa. (Belajar rekayasa genetika (ideologi) yok?!)

Soeharto juga bukan pribadi kacangan, ia memipikan kegemilangan tandingan dari pendahulunya. Negara ini secara singkat dan cepat melakukan pembangunan infrastruktur yang besar-besaran. Sehingga kegemilangan fisik dari negara yang masih seumuran remaja yang sibuk pacaran dan bersolek itu menjadi lupa diri, bahwa untuk menjadi yang terdepan diperlukan asupan gizi dan gemblengan mental, moral dan spiritual.

Atau mau dicungkil dengan psikoanalisa Freud, di mana masa lalu(masa anak-anak), trauma masa lalu, sebagai tonggak kepribadian serta navigasi perilaku kita sehari-hari. Orang yang memiliki masa lalu tidak menyenangkan memiliki kecenderungan merehabilitasi identitas secar berlebihan. Di mana tituk balik dicapai sebagai tumpuan untuk lompatan masa depan. Suatu “trauma” dapat membawa pribadi tumbuh dalam “kegilaan” yang bermanfaat (secara komunal).

Atau juga, barangkali karena lembu peteng adalah hasil perilaku seksual yang muncul dalam perilaku social yang berhasil mengkonfrontasir dan menjinakkan rintangan prosesi menjadi pemimpin? Dengan berasumsi bahwa seluruh rintangan menuju kepemimpnan tak ada apa-apanya dibanding menerima kenyataan “ketakjelasan” ataupun keabu-abuan status dan identitas orangtua? Dengan kata lain kepemimpinan atau keberhasilan memimpin merupakan kompensasi dari “pengakuan” diri seorang anak yang “tidak penuh”? Yang parahnya, ketundukkan yang dipimpin pun dirasa tidak setara dengan pengakuan dan keberadaan mereka “yang sah”. Ketidakpuasan ini lalu muncul menjadi obsesi-obsesi yang sedikit “gila”.

Atau kemungkinan ketiga adalah lembu peteng hadir sebagai ‘si liyan’, sosok ‘yang lain’ atau istilah kerennya “the other”. "Yang liyan", yang tampil mendobrak narasi besar yang telah bobrok, yang selalu memiliki logikanya sendiri sehingga mampu menggantikan "logos" yang telah usang dan tak memiliki solusi. Negasi dari status quo yang tak representatif atas kepentingan dan keinginan rakyat, antagonisme kritis yang siap untuk menumbangkan status quo.

Dengan beberapa kemungkian bagaimanapun kepemimpinan itu hadir dan yang jelas tak harus lembu peteng, ada yang sangat menggelithik dalam benak kita mengenai hadirnya pemimpin yang “tak jelas”, ia berjibaku untuk ‘hidup’, sebagaimana umumnya pemimpin, dengan jelas. Ia terus berjuang untuk “diakui” secara cadas sejak sebelum ia menjadi pemimpin, ketika masih “memimpin” dirinya mengarungi “pertumbuhannya”. 
Sebab keberangkatan yang tak stabil akan menghasilkan gemuruh yang tidak datar.

Kejawen kini


Kearifan Lokal yang Selalu Dicurigai

Ajaran kejawen, dalam perkembangan sejarahnya mengalami pasang surut. Hal itu tidak lepas dari adanya benturan-benturan dengan teologi dan budaya asing (Belanda, Arab, Cina, India, Jepang, AS). Yang paling keras adalah benturan dengan teologi asing, karena kehadiran kepercayaan baru disertai dengan upaya-upaya membangun kesan bahwa budaya Jawa itu hina, memalukan, rendah martabatnya, bahkan kepercayaan lokal disebut sebagai kekafiran, sehingga harus ditinggalkan sekalipun oleh tuannya sendiri, dan harus diganti dengan “kepercayaan baru” yang dianggap paling mulia segalanya. Dengan naifnya kepercayaan baru merekrut pengikut dengan jaminan kepastian masuk syurga. Gerakan tersebut sangat efektif karena dilakukan secara sistematis mendapat dukungan dari kekuatan politik asing yang tengah bertarung di negeri ini.
Selain itu “pendatang baru” selalu berusaha membangun image buruk terhadap kearifan-kearifan lokal (baca: budaya Jawa) dengan cara memberikan contoh-contoh patologi sosial (penyakit masyarakat), penyimpangan sosial,  pelanggaran kaidah Kejawen, yang terjadi saat itu, diklaim oleh “pendatang baru” sebagai bukti nyata kesesatan ajaran Jawa. Hal itu sama saja dengan menganggap Islam itu buruk dengan cara menampilkan contoh perbuatan sadis terorisme, menteri agama yang korupsi, pejabat berjilbab yang selingkuh, kyai yang menghamili santrinya, dst.
 Tidak berhenti disitu saja, kekuatan asing terus mendiskreditkan manusia Jawa dengan cara memanipulasi atau memutar balik sejarah masa lampau. Bukti-bukti kearifan lokal dimusnahkan, sehingga banyak sekali naskah-naskah kuno yang berisi ajaran-ajaran tentang tatakrama, kaidah, budi pekerti yang luhur bangsa (Jawa) Indonesia kuno sebelum era kewalian datang, kemudian dibumi hanguskan oleh para “pendatang baru” tersebut. Kosa kata Jawa juga mengalami penjajahan, istilah-istilah Jawa yang dahulu mempunyai makna yang arif, luhur, bijaksana, kemudian dibelokkan maknanya menurut kepentingan dan perspektif subyektif disesuaikan dengan kepentingan “pendatang baru” yang tidak suka dengan “local wisdom”. Akibatnya; istilah-istilah seperti; kejawen, klenik, mistis, tahyul mengalami degradasi makna, dan berkonotasi negatif. Istilah-istilah tersebut “di-sama-makna-kan” dengan dosa dan larangan-larangan dogma agama; misalnya; kemusyrikan, gugon tuhonbudak setan, menyembah setan, dst. Padahal tidak demikian makna aslinya, sebaliknya istilah tersebut justru mempunyai arti yang sangat religius sbb;

Klenik : merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab akibatyang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain bersumber dari Dzat tertinggi yakni Tuhan Yang Maha Suci. Di dalam agama manapun unsur “klenik” ini selalu ada.
Mistis : adalah ruang atau wilayah gaib yang dapat dirambah dan dipahami manusia, sebagai upayanya untuk memahami Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam agama Islam ruang mistik untuk memahami sejatinya Tuhan dikenal dengan istilah tasawuf.
Tahyul : adalah kepercayaan akan hal-hal yang gaib yang berhubungan dengan makhluk gaib ciptan Tuhan. Manusia Jawa sangat  mempercayai adanya kekuatan gaib yang dipahaminya sebagai wujud dari kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta.  Kepercayaan kepada yang gaib ini juga terdapat di dalam rukun Islam.
Tradisi : dalam tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan doa dalam bentuk lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana ubo rampe sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdoa. Lambang dan simbol juga mengartikan secara kias bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai bentuk isyarat akan kehendak Tuhan. Manusia Jawa akan merasa lebih dekat dengan Tuhan jika doanya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO: not action talk only), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk tumpeng, sesaji dsb sebagi simbolkemanunggalan tekad bulat. Maka manusia Jawa dalam berdoa melibatkan empat unsur tekad bulat yakni hati, fikiran, ucapan, dan tindakan. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan masyarakat manusia maupunmasyarakat gaib yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam manembahkapada Tuhan. Bagi manusia Jawa, setiap rasa syukur dan doa harus diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (ihtiyar) sebagai bentuk ketabahan dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat doa terkabul. Akan tetapi niat dan makna dibalik tradisi ritual tersebut sering dianggap sebagai kegiatan gugon tuhon/ela-elu, asal ngikut saja,  sikap menghamburkan, dan bentuk kemubadiran, dst.
Kejawen : berisi kaidah moral dan budi pekerti luhur, serta memuat tata cara manusia dalam melakukan penyembahan tertinggi kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Akan tetapi, setelah abad 15 Majapahit runtuh oleh serbuan anaknya sendiri, dengan cara serampangan dan subyektif, jauh dari kearifan dan budi pekerti yg luhur, “pendatang baru” menganggap ajaran kejawen sebagai biangnya kemusyrikan, kesesatan, kebobrokan moral, dan kekafiran. Maka harus dimusnahkan. Ironisnya, manusia Jawa yang sudah “kejawan” ilang jawane, justru mempuyai andil besar dalam upaya cultural assasination ini. Mereka lupa bahwa nilai budaya asli nenek moyang mereka itulah yang pernah membawa bumi nusantara ini menggapai masa kejayaannya di era Majapahit hingga berlangsung selama lima generasi penerus tahta kerajaan.


Ajaran Tentang Budi Pekerti, Menggapai Manusia Sejati

Dalam khasanah referensi kebudayaan Jawa dikenal berbagai literatur sastra yang mempunyai gaya penulisan beragam dan unik. Sebut saja misalnya; kitab, suluk, serat, babad, yang biasanya tidak hanya sekedar kumpulan baris-baris kalimat, tetapi ditulis dengan seni kesusastraan yang tinggi, berupatembang yang disusun dalam bait-bait atau padha yang merupakan bagian dari tembang misalnya; pupuh, sinom, pangkur, pucung, asmaradhana dst. Teks yang disusun ialah yang memiliki kandungan unsur pesan moral, yang diajarkan tokoh-tokoh utama atau penulisnya, mewarnai seluruh isi teks.
Pendidikan moral budi pekerti menjadi pokok pelajaran yang diutamakan. Moral atau budi pekerti di sini dalam arti kaidah-kaidah yang membedakan baik atau buruk segala sesuatu, tata krama, atau aturan-aturan yang melarang atau menganjurkan seseorang dalam menghadapi lingkungan alam dan sosialnya. Sumber dari kaidah-kaidah tersebut didasari oleh keyakinan, gagasan, dan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat yang bersangktan. Kaidah tersebut akan tampak dalam manifestasi tingkah laku dan perbuatan anggota masyarakat.
Demikian lah makna dari ajaran Kejawen yang sesungguhnya, dengan demikian dapat menambah jelas  pemahaman terhadap konsepsi pendidikan budi pekerti yang mewarnai kebudayaan Jawa. Hal ini dapat diteruskan kepada generasi muda guna membentuk watak yang berbudi luhur dan bersedia menempa jiwa yang berkepribadian teguh. Uraian yang memaparkan nilai-nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Jawa yang diungkapkan diatas dapat membuka wawasan pikir dan hati nurani bangsa bahwa dalam masyarakat kuno asli pribumi telah terdapat seperangkat nilai-nilai moralitas yang dapat diterapkan untuk mengangkat harkat dan martabat hidup manusia.

Dua Ancaman Besar dalam Ajaran Kejawen

Dalam ajaran kejawen, terdapat dua bentuk ancaman besar yang mendasari sikap kewaspadaan (eling lan waspada), karena dapat menghancurkan kaidah-kaidah kemanusiaan, yakni; hawanepsu dan pamrih. Manusia harus mampu meredam hawa nafsu atau nutupi babahan hawa sanga. Yakni mengontrol nafsu-nafsunya yang muncul dari sembilan unsur yang terdapat dalam diri manusia, dan melepas pamrihnya.
Dalam perspektif kaidah Jawa, nafsu-nafsu merupakan perasaan kasar karena menggagalkan kontrol diri manusia, membelenggu, serta buta pada dunia lahir maupun batin. Nafsu akan memperlemah manusia karena menjadi sumber yang memboroskan kekuatan-kekuatan batin tanpa ada gunanya. Lebih lanjut, menurut kaidah Jawa nafsu akan lebih berbahaya karena mampu menutup akal budi. Sehingga manusia yang menuruti hawa nafsu tidak lagi menuruti akal budinya (budi pekerti). Manusia demikian tidak dapat mengembangkan segi-segi halusnya, manusia semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik, ketegangan, dan merusak ketrentaman yang mengganggu stabilitas kebangsaan

NAFSU

Hawa nafsu (lauwamah, amarah, supiyah) secara kejawen diungkapkan dalam bentuk akronim, yakni apa yang disebut M5 atau malimamadat, madon, maling, mangan, main; mabuk-mabukan, main perempuan, mencuri, makan, berjudi. Untuk meredam nafsu malima, manusia Jawa melakukan laku tapaatau “puasa”. Misalnya; tapa brata, tapa ngrame, tapa mendhem, tapa ngeli.
Tapa brata ; sikap perbuatan seseorang yang selalu menahan/puasa hawa nafsu yang berasal dari lima indra. Nafsu angkara yang buruk yakni lauwamah, amarah, supiyah.
Tapa ngrame; adalah watak untuk giat membantu, menolong sesama tetapi “sepi” dalam nafsu pamrih yakni golek butuhe dewe.
Tapa mendhem; adalah mengubur nafsu riak, takabur, sombong, suka pamer, pamrih. Semua sifat buruk dikubur dalam-dalam, termasuk “mengubur” amal kebaikan yang pernah kita lakukan kepada orang lain, dari benak ingatan kita sendiri. Manusia suci adalah mereka yang tidak ingat lagi apa saja amal kebaikan yang pernah dilakukan pada orang lain, sebaliknya selalu ingat semua kejahatan yg pernah dilakukannya. 
Tapa ngeli, yakni menghanyutkan diri ke dalam arus “aliran air sungai Dzat”, yakni mengikuti kehendak Gusti Maha Wisesa. “Aliran air” milik Tuhan, seumpama air sungai yang mengalir menyusuri sungai, mengikuti irama alam, lekuk dan kelok sungai, yang merupakan wujud bahasa “kebijaksanaan” alam. Maka manusia tersebut akan sampai pada muara samudra kabegjan atau keberuntungan. Berbeda dengan “aliran air” bah, yang menuruti kehendak nafsu akan berakhir celaka, karena air bah menerjang wewalerkaidah tata krama, menghempas “perahu nelayan”, menerjang “pepohonan”, dan menghancurkan “daratan”.

PAMRIH

     Pamrih merupakan ancaman ke dua bagi manusia. Bertindak karena pamrih berarti hanya mengutamakan kepentingan diri pribadi secara egois. Pamrih, mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat. Secara sosiologis, pamrih itu mengacaukan (chaos) karena tindakannya tidak menghiraukan keselarasan sosial lingkungannya.  Pamrih juga akan menghancurkan diri pribadi dari dalam, kerana pamrih mengunggulkan secara mutlak keakuannya sendiri (istilahnya Freud; ego). Karena itu, pamrih akan membatasi diri atau mengisolasi diri dari sumber kekuatan batin. Dalam kaca mata Jawa, pamrih yang berasal dari nafsu ragawi akan mengalahkan nafsu sukmani (mutmainah) yang suci. Pamrih mengutamakan kepentingan-kepentingan duniawi, dengan demikian manusia mengikat dirinya sendiri dengan dunia luar sehingga manusia tidak sanggup lagi untuk memusatkan batin dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu pula, pamrih menjadi faktor penghalang bagi seseorang untuk mencapai “kemanunggalan” kawula gusti.
     Pamrih itu seperti apa, tidak setiap orang mampu mengindentifikasi. Kadang orang dengan mudah mengartikan pamrih itu, tetapi secara tidak sadar terjebak oleh perspektif subyektif yang berangkat dari kepentingan dirinya sendiri untuk melakukan pembenaran atas segala tindakannya. Untuk itu penting di kemukakan bentuk-bentuk pamrih yang dibagi dalam tiga bentuk nafsu dalam perspektif KEJAWEN :
  1. Nafsu selalu ingin menjadi orang pertama, yakni; nafsu golek menange dhewe; selalu ingin menangnya sendiri.
  2. Nafsu selalu menganggap dirinya selalu benar; nafsu golek benere dhewe.
  3. Nafsu selalu mementingkan kebutuhannya sendiri; nafsu golek butuhe dhewe. Kelakuan buruk seperti ini disebut juga sebagai aji mumpung. Misalnya mumpung berkuasa, lantas melakukan korupsi, tanpa peduli dengan nasib orang lain yang tertindas.

Untuk menjaga kaidah-kaidah manusia supaya tetap teguh dalam menjaga kesucian raga dan jiwanya, dikenal di dalam falsafah dan ajaran Jawa sebagai lakutama, perilaku hidup yang utama. Sembah merupakan salah satu bentuk lakutama, sebagaimana di tulis oleh pujangga masyhur (tahun 1811-1880-an) dan pengusaha sukses, yang sekaligus Ratu Gung Binatara terkenal karena sakti mandraguna, yakni Gusti Mangkunegoro IV dalam kitab Wedhatama (weda=perilaku, tama=utama) mengemukakan sistematika yang runtut dan teratur dari yang rendah ke tingkatan tertinggi, yakni catur sembahsembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasaCatur sembah ini senada dengan nafsul mutmainah (ajaran Islam) yang digunakan untuk meraih ma’rifatullah, nggayuh jumbuhing kawula Gusti. Apabila seseorang dapat menjalani secara runtut catur sembah hingga mencapai sembah yang paling tinggi, niscaya siapapun akan mendapatkan anugerah agung menjadi manusia linuwih, atas berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih, tidak tergantung apa agamanya.

pengertian khodam pendamping


PENGERTIAN KHODAM PENDAMPING



Banyak orang yang menanyakan tentang siapa KHODAM PENDAMPING mereka… 
saya akan jelaskan pengertian KHODAM PENDAMPING…..


Khodam (Pembantu dari Dimensi Gaib)

Kemampuan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang melakukan olah batin seperti puasa, bertapa, semedi, membaca mantra atau wirid amalan tertentu sebetulnya adalah dari Khodam. Disadari ataupun tidak, setiap olah batin yang dilakukan manusia selalu menimbulkan energi-energi yang memiliki kesadaran/kecerdasan sendiri. 
Inilah peran dari khodam. mereka diciptakan Tuhan sebagai perantara yang membawa kekuatan supranatural bagi orang-orang yang dikehendaki.
Sebagian orang beranggapan bahwa memiliki khodam (atau ilmu spiritual yang ada khodamnya) adalah sebuah kesyirikan atau dosa besar. Bagi kami, pendapat ini adalah pendapat yang “membabi buta” karena pengertian khodam sangat luas. 
Sedangkan khodam sendiri terdiri dari berbagai jenis yang tidak bisa disamakan. Berikut ini pembahasan panjang mengenai khodam. 
Selamat membaca….

Istilah “khodam” berasal dari bahasa arab yang berarti pembantu, penjaga atau pengawal yang selalu mengikuti. Dalam bahasa arab pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun dan satpam juga bisa disebut sebagai khodam. Namun dalam konteks ilmu spiritual, istilah “khodam” digunakan khusus untuk menyebut makhluk gaib yang mengikuti pemilik ilmu spiritual atau yang mendiami suatu benda pusaka. Dalam konsep spiritual jawa, khodam disebut sebagai “prewangan” yang artinya adalah orang yang membantu.
Khodam dalam konsep mistik islam dan jawa diyakini sebagai “jiwa” suatu ilmu. Khodam memberi energi pada pemilik ilmu sehingga bisa melakukan hal-hal diluar kewajaran. Tentu saja ada khodam yang minta imbalan ada pula yang “gratis” karena khodam ini datang karena kehendak Allah, bukan “dipaksakan” oleh manusia. Yang dimaksud “dipaksakan” adalah khodam ini datang karena seseorang melakukan ritual pemanggilan yang ditujukan untuk meminta tolong kepada khodam dari golongan jin.
Mengenai siapakah sebernarnya khodam, para spiritualist berpendapat berbeda-beda. Kelompok pertama mengatakan khodam adalah jenis makhluk tertentu yang khusus diciptakan Tuhan sebagai “pembawa” kekuatan bagi para pemilik ilmu dan benda pusaka. Kelompok ini tidak punya dalil yang kuat untuk mendukung pendapatnya, jadi pendapat ini boleh kita abaikan.
Kelompok kedua berpendapat bahwa khodam hanyalah sebutan atau julukan bagi Jin, Qorin dan Malaikat yang membantu manusia. Seperti istilah “setan” yang sebetulnya bukanlah jenis mahluk, melainkan hanya julukan bagi jin atau manusia yang suka berbuat kejahatan. Dalam kitab Al-Quran pun diterangkan bahwa Tuhan hanya menciptakan hambanya yang berakal dalam tiga bentuk saja, yaitu: Malaikat, Manusia dan Jin. Ustadz Firman sendiri lebih meyakini pendapat kedua ini.
Mengapa Khodam membantu manusia?
Karena khodam terdiri dari tiga jenis makhluk yaitu Jin, Qorin dan Malaikat, maka alasan mereka bersedia membantu manusia juga berbeda-beda. OK. agar Anda lebih paham, kami jelaskan satu per satu dibawah ini:

1. Khodam Jin

Pelu Anda ketahui bahwa kehidupan sosial jin sama seperti manusia. Mereka terdiri dari bermacam-macam ras dan kelompok yang sangat kompleks. Setiap jin punya sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda seperti pada manusia. Begitu pula dalam dalam membantu manusia, mereka punya alasan yang berbeda-beda. Namun secara garis besar, ada 5 alasan mengapa jin mau membantu manusia.

#Ingin menyesatkan manusia. 
Kelompok jin ini adalah tentara ilbis yang ditugaskan untuk membantu para tukang sihir dan penganut ilmu hitam. Orang yang ingin memiliki khodam jenis ini harus melakukan perbuatan atau ritual yang melanggar aturan Tuhan. Misalnya untuk medapatkan ilmu sihir mereka harus menyediakan sesaji, makan darah, membunuh, melakukan dosa besar dan sebagainya. Jin jenis ini sangat senang jika manusia yang didampinginya jauh dari agama.
Bukan hanya penganut ilmu hitam saja yang dibantu oleh jin tentara iblis ini. Para penganut thariqoh (orang yang menapaki jalan spiritual menuju Tuhan) dan orang soleh yang kurang waspada pun disesatkan oleh jin golongan ini. Awalnya jin mengaku sebagai guru spiritual yang sudah meninggal atau malaikat yang akan membimbingnya dan membantu segala usahanya. Seketika seorang ahli thariqoh pun memiliki banyak “kesaktian”. Namun perlahan-lahan jin cerdas ini memperdaya ahli thariqoh hingga dia melanggar aturan agama.

#Ingin mendapat keuntungan dari manusia. 
Khodam Jin jenis ini selalu meminta imbalan dalam bentuk sesaji, persembahan, korban, bahkan ada yang mengadakan perjanjian, jika sudah sampai waktu yang ditentukan pemilik ilmu bersedia menjadi budak/pengikut di alam jin. Orang yang menjadi budak jin, meniggalkan jasadnya, kemudian jiwanya dibawa ke alam jin. Sehingga dia tampak mati bagi orang awam, padahal dia sebetulnya belum mati. Nanti ketika sudah sampai batas usianya, malaikat maut baru menjemputnya untuk dihadapkan kepada Tuhan. Oleh karena itu jangan pernah berniat untuk mendapatkan pesugihan atau “harta gaib” yang datang tiba-tiba dengan bantuan jin.
Keadaan ini sesuai dengan Al-Quran surah Al-Jin ayat 6, yang terjemahnya: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

#Karena mencintai manusia. 
Kadang menemui ada jin yang mengikuti manusia dengan alasan cinta. Cinta yang kami maksud adalah seperti cinta pria kepada wanita. Umumnya jin yang seperti ini selalu berusaha membantu manusia yang dicintainya, sekaligus mengganggu. Bentuk bantuannya bisa berupa kemampuan mengobati, perlindungan dari kejahatan, kemampuan mengetahui rahasia orang dan sebagainya. Sedangkan gangguannya biasanya berupa: merasa diikuti seseorang, sulit mencintai, hubungan cinta selalu gagal, kesurupan/kerasukan dan sering mimpi bersetubuh. Bahkan kadang ada jin yang datang dalam wujud manusia untuk menyetubuhi manusia dalam keadaan sadar.

#Persahabatan. 
Bagi sebagian orang yang memiliki ilmu spiritual tertentu, bersahabat dengan jin bukanlah hal mustahil. Idealnya hubungan persahabatan adalah saling membantu dan berbagi. Namun kenyataannya hubungan persahabatan dengan jin bisa menguntungkan atau merugikan Anda, bahkan kadang juga menyesatkan Anda. hal ini sama jika kita bersahabat dengan sesama manusia. Jika sahabat kita adalah orang baik, maka kita pun terbawa menjadi baik. Tapi jika kita berteman dengan penjahat, maka kita pun bisa dirugikan atau malah bergabung menjadi penjahat. Semua itu tergantung sifat dan kepribadian Anda

#Karena mengagumi kepribadian manusia. 
Orang-orang saleh yang selalu berbuat kebajikan menjadikan kelompok Jin Muslim kagum. Kaum jin ini mengikuti orang saleh untuk meniru kebaikannya, mendengarkan ceramah yang disampaikannya, dan menjadi makmum ketika orang saleh tersebut melakukan ibadah. Disadari ataupun tidak, kelompok jin ini menjadikan orang saleh sebagai guru spiritualnya. Mereka juga berusaha untuk membantu, melindungi dan berdoa untuk guru spiritualnya itu. tidak ada keburukan yang disebabkan oleh jin-jin ini.


2. Khodam Sejenis Qorin


Sejak seorang manusia lahir, maka tercipatalah pula satu Qorin yang mengikutinya sampai kahir hayat. Namun yang kami bahas disini bukanlah Qorin yang mengikuti manusia lahir itu, melainkan Khodam Qorin yang didapat karena olah spiritual tertentu. Jumlahnya pun tak hanya satu, seorang manusia yang memiliki ilmu spiritual bisa saja diikuti puluhan, ratusan atau ribuan Qorin.
Qorin sebetulnya adalah golongan jin. Qorin lahir dari ayah dan ibu jin biasa, namun dengan kekuasaan Allah dia melahirkan Qorin yang memiliki sifat khusus. Sifat khusus yang dimaksud adalah tidak memiliki jenis kelamin (tapi bukan banci), sifat pasif dan tidak memiliki nafsu seksual. Qorin tidak bisa mempengaruhi pikiran manusia dan tidak bisa menampakan diri karena meterinya lebih halus dibanding jin biasa. Qorin hanya bisa dilihat dengan mata batin. Penampilannya pun dalam bentuk yang indah dan sopan. Umumnya Qorin tampil dalam bentuk laki-laki berpakaian serba putih dengan wajah yang tampan.
Khodam dari jenis Qorin mengikuti pemilik ilmu spiritual aliran putih dan tentunya Qorin datang atas kehendak Tuhan. Yang kami maksud Ilmu Spiritual Aliran Putih adalah aliran yang meyakini bahwa semua kekuatan spiritual sejatinya bersumber dari Tuhan. Penganut aliran putih tidak meminta kecuali hanya kepada Tuhan. Khodam jenis ini tidak meminta imbalan dalam bentuk apapun. Kalangan spiritualist yakin, ikutnya Qorin sebagai khodam manusia bisa diusahakan dengan olah spiritual seperti puasa, meditasi, membaca doa atau mantra. Sedangkan di MSC, ikutnya Qorin bisa dipersingkat dengan metaresonansi. Murid MSC yang belajar Ilmu Khodam juga bisa mendapat “pembantu” dari jenis Qorin.
Sebagian spiritualist yang waskita ada yang menyebut Jin Qorin sebagai “Jin Batin” karena memang sifatnya yang lebih halus dari Jin pada umumnya. Jin biasa lebih mudah untuk dilihat, meskipun tinggkat kepekaan indra ke-enam orang yang melihat masih dasar. Namun untuk bisa melihat Jin Qorin dibutuhkan kepekaan indra keenam yang lebih tinggi, dikarenakan dia berada di dimensi yang lebih halus.
Dalam keyakinan mistik jawa-islam, ada juga konsep untuk menghadirkan kekuatan khodam wali, khodam nabi dan sebagainya. Nah sebetulnya yang dimaksud khodam wali atau nabi, bukanlah roh dari wali dan nabi itu hadir dan membantu Anda. Ketika kita menghadirkan khodam wali atau nabi, yang hadir adalah salah satu atau beberapa Qorin yang pernah menjadi khodam (baca: mengikuti) wali atau nabi tersebut.


3. Khodam Malaikat


Adanya khodam dari kalangan Malaikat tertuang dalam ayat berikut: 
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Quran surat Ar-Ra’d ayat 11).
Mengenai Khodam dari golongan Malaikat, kami tidak bisa menerangkannya lebih jauh, karena mata manusia (sekalipun memiliki mata batin) akan sangat sulit mengamati malaikat. Hanya orang-orang khusus yang dikehendaki Tuhan-lah yang memahami seperti apa sebetulnya wujud perlindungan malaikat itu. Meskipun mata tidak bisa melihat, tapi kami yakin bahwa perlindungan malaikat selalu ada menyertai orang yang selalu berusaha untuk kebaikan. khodam malaikat inilah yang menjadi pelindung pemilik Ilmu Maha Spiritual.
Benarkah ada Malaikat yang bisa dijadikan Khodam?
Menurut para spiritualist, memang ada orang yang benar-benar dikawal oleh malaikat pelindung kemanapun dia pergi. Namun orang seperti ini sangat langka dan itu pun terjadi bukan karena dia belajar ilmu spiritual tertentu, melainkan itulah karomah dari Allah yang diberikan sebagai hadiah kesolehan dan keihlasannya. Orang yang dikawal malaikat bisa jadi tidak menyadari karena dia tidak pernah memohon kehadiran malaikat itu. Tentu konsep karromah ini berbeda dengan konsep olah spiritual yang mana kita melakukan olah spiritual memang dengan tujuan mendatangkan kekuatan spiritual.
Sebetulnya -dengan pengamatan mata batin yang teliti- kami hanya bisa mengamati bahwa hanya wujud Energi dari Malaikat saja yang mengikuti pemilik Ilmu Spiritual Tingkat Tinggi. Malaikat secara pribadi tidak bersanding dengan manusia biasa. Mengingat malaikat adalah mahluk suci, sedangkan manusia biasa seperti kita umumnya masih sering berbuat dosa kecil, bahkan kadang karena kelalaian, dosa besar pun kita lakukan.
Jadi jika dikatakan Anda telah memiliki khodam malaikat, belum tentu berarti secara harfiah Anda diikuti oleh malaikat langsung, yang mengikuti Anda hanyalah energi dari malaikat. Namun tidak tertutup kemungkinan jika ada orang yang diikuti Malaikat secara pribadi, karena kedatangan Malaikat sebagai pembantu manusia adalah kehendak Tuhan.
Dosakah jika saya punya khodam ?
Seperti Anda ketahui, khodam terdiri dari 3 jenis yang memiliki sifat berbeda. Proses datangnya khodam pun berbeda-beda. Jadi dosa atau tidak jika Anda memilki khodam sangat tergantung proses datangnya khodam itu sendiri. Jika khodam tersebut dari golongan malaikat dan qorin, maka tidak ada alasan untuk memvonis Anda dosa. 
Karena sesungguhnya kehadiran malaikat dan qorin atas kehendak Tuhan.
Jika jin mengikuti Anda karena jin tersebut cinta atau mengagumi, maka Anda pun tidak bisa dianggap berdosa, karena kedatangan jin tersebut bukan atas keinginan Anda.
Namun jika khodam jin membantu karena Anda mengerjakan sihir, belajar ilmu hitam atau mengadakan perjanjian dengan jin, maka itu sudah pasti dosa.
Memiliki khodam, selama ditempuh dengan cara yang benar, bukanlah suatu kemusyrikan, dan bukan berarti kita meyakini bahwa Tuhan tidak mampu menolong manusia secara langsung. Sudah menjadi aturan Tuhan, bahwa Tuhan memenuhi kebutuhan makhluknya – termasuk dalam memberi pertolongan – selalu melibatkan makhluk ciptaanya.
Sebagai contoh kita semua yakin malaikat Raqib dan Atib yang bertugas mencatat setiap amal baik-buruk manusia. Mereka diyakini berada di bahu kanan dan kiri setiap manusia*. Dengan adanya malaikat ini, bukan berarti kita meyakini Allah kurang kekuasaannya atau Tuhan repot mengurus manusia, sehingga menciptakan malaikat sebagai pembantu untuk meringankan tugas Tuhan. Adanya malaikat dengan tugas-tugas tertentu adalah hukum Allah dan manusia hanya bisa menerima kenyataan itu.

Mungkin hanya itu yang bisa saya jelaskan tentang hakikat KHODAM PENDAMPING.

Salam

Pengalaman Spiritual: Terbuka Hijab Alam Ghaib


Pengalaman Spiritual: Terbuka Hijab Alam Ghaib



1311316236994533246

Tulisan ini mungkin cocok buat mereka yang menyukai dunia  spiritual tapi bagi yang tidak suka dunia spiritual juga tidak apa-apa kalau mau membacanya hitung hitung  buat pengetahuan tentang dunia spiritual dan lagi gratis kok tidak bayar wkwkw

Menurut pakar spiritual, dunia nyata dan dunia ghaib manusia itu di batasi oleh sebuah dinding yang kasat mata tapi dinding itu bisa di jebol dan di bakar dengan kekuatan energi tenaga dalam yang di miliki seseorang ,tapi syaratnya energi yang di miliki
,," MAMPU "
Pada dasarnya setiap manusia yang lahir di dunia ini telah di bekali tenaga dalam oleh yang maha kuasa tapi banyak yang tidak menyadarinya ,beruntung bagi yang mengetahui dan bisa memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Menurut versi spiritual islam/tasawuf dinding yang membatasi alam nyata dan alam ghaib manusia itu adalah dosa dosa manusia itu sendiri jadi kalau ingin menghancurkan atau membakar dinding itu, manusia harus membersihkan diri.

Perlu di ketahui juga energi itu ada dua: energi alam dan energi Ilahiah, kedua energi ini memiliki daya tembus yang berbeda, kalau energi tenaga dalam mungkin hanya mampu menembus alam jin sedangkan energi Ilahiah mampu menembus alam malaikat dll.
Dalam hal ini saya hanya ingin membahas masalah energi tenaga dalam saja yaitu kemampuan menembus alam jin sebagaimana yang pernah di alami oleh seseorang dulu yang juga pernah ikut latihan tenaga dalam
Ceritanya begini,setiap selesai latihan biasanya pulang larut malam, dengan mengendarai sepeda motor dia pulang selalu melewati sebuah jembatan yang di tumbuhi pohon pohon bambu, menurut cerita warga setempat jembatan itu sangat angker, warga sekitar  sering melihat penampakan, karena rasa penasaran, suatu hari pulang dari latihan malam dia berhenti di jembatan tersebut kemudian duduk bersilah berdo’a mohon di bukakan alam ghaib di sekitar tempat itu ,kemudian dia mulai melakukan gerakan jurus pembukaan dengan pengerahan tenaga dalam prana dan apa yang terjadi ternyata alam ghaib di sekitarnya betul betul terbuka ,di lihatnya ada seorang wanita yang sangat cantik berambut panjang datang mengodanya tapi bukan perasaan senang yang di rasakannya malah takut, dengan segera dia bangkit dari tempat duduknya langsung mengambil motor kemudian langsung kabur pulang, wkwkwk
menurut ceritanya selama tiga hari dia tidak bisa tidur terbayang-bayang wanita cantik tersebut dan lama-lama jadi menganggu pikirannya, akhirnya dia menghadap gurunya menceritakan apa yang di alaminya kemudian oleh guru tersebut di adakan penguncian agar jin tersebut hilang dari pikirannya, begitulah sekelumit cerita saya tersebut sebenarnya masih banyak lagi, mungkin lain kali saya tulis lagi kalau memang banyak yang ingin membacanya wkwkw
Saran untuk anda peminat spiritual harus siap mental dan memilki pagar ghaib yang kuat kalau ingin melihat alam ghaib karena bisa-bisa kita di permainkan oleh jin jin fasik dan mungkin di bawa kealam nya....

Menyingkap Rahasia Ilmu (Laduni)


Menyingkap Rahasia Ilmu (Laduni)



Add caption

Rahasia ahli kitab yang mampu memindahkah kursi Ratu Bilqis sebagaimana  di kisahkan Al qur an hingga kini masih merupakan misteri.
Menimbulkan tanda tanya besar dan spekulasi tersendiri bagi  kalangan umat Islam. Apakah ilmu tersebut hanya dongengan saja ?. Ataukah ilmu tersebut masih bertahan hingga kini.

Al qur an pasti tidak mungkin memberitakan , jikalau hanya sekedar sebuah dongengan pengantar tidur saja. Pasti ada rahasia yang sangat besar di balik pengungkapan berita tersebut. Apapun yang diberitakan  Al qur an adalah sebuah kepastian, hukum sunatulloh, yang berlaku dari dahulu, kini, hingga nanti.  Meliputi seluruh peradaban manusia dan alam semesta.  Jadi logikanya ilmu tersebut pasti masih ada dalam kesadaran umat manusia hingga kini.

Namun siapa yang memiliki ilmu tersebut ?. 
Dan sebenarnya rahasia apa  (hikmah) yang diajarkan Allah kepada orang tersebut. Apakah yang di maksud dengan hikmah   dari kitab-kitab-Nya ?.  Sehingga (ketika) seseorang telah mampu memahami hikmah dari kitab-kitab-Nya, orang tersebut akan memiliki kemampuan luar biasa. Bagaimanakah cara menyingkapkannya.
Banyak sekali kajian yang mencoba mengungkapkannya, dengan segala wahana yang di tawarkan. Kajian ini mencoba memberikan pembanding bagi kajian-kajian lainnya. Memberikan alternatif pemikiran. 
Bagaimana seharusnya  kita menyikapi berita (kisah) Al qur an tersebut ?.

Mengkaji Ilmu Laduni
Banyak sudah kajian yang membahas perihal Ilmu Laduni ini. Ada sebagian orang yang menghubungkan ilmu ini dengan kekuatan ghaib, karomah, kesaktian dan lain sebagainya. Ada lagi yang percaya bahwa orang yang memiliki ilmu ini akan memiliki kemampuan membuka berita-berita  ghaib. Sehingga orang yang memiliki ilmu ini akan mampu meramalkan kejadian yang bakalan terjadi,  sebagaimana yang di isyaratkan dalam hikayat nabi Khidir. Karenanya, orang kemudian percaya dan meyakini bahwa ilmu ini hanyalah milik para nabi dan para wali saja.
Ilmu Laduni telah di persepsikan, dikontruksikan sedemikian rupa, berkaitan dengan karomah dan lainnya, sehingga jika kemudian ada orang yang mengaku memiliki kemampuan mendekati persepsi ini, maka  orang tersebut akan di puja-puja  bagai orang sakti, sebagaimana  orang yang dianggap setingkat para wali. Begitu terpesonanya manusia melihat kehebatan yang dipertunjukannya. Sehingga mereka lupa bahwa bukan itu hakekat Ilmu Laduni. Kehebatan Ilmu Laduni yang disangkakan akhirnya menjadi tujuan para pemuja ilmu.
Sebuah ironi atas ilmu, jika ada permintaan maka ada penawaran begitulah hukumnya. Ketika orang tergila-gila dengan ilmu tersebut, maka ada sebagian orang lainnya yang melakukan klaim bahwa dirinya telah memiliki ilmu yang dimaksud. Seperti semut bertemu gula, begitulah keadaannya. Pemilik ilmu kemudian dikerumuni, di puja di perlakukan bak raja, titahnya adalah titah sang pendito ratu.
Maka bermuncullah orang-orang yang mengaku aku telah memiliki ilmu Laduni dan bahkan katanya mampu mengajarkan ilmu tersebut. Munculah fenomena  para dukun yang berkolaborasi dengan para jin, mengaku memiliki ilmu Laduni,  biar semakin laris dagangan mereka karena  dianggap wali atau orang  tua sakti.
Ilmu Laduni biasa juga di sebut dengan Ilmu Hikmah adalah Ilmu Hati. Pada awalnya,  Ilmu ini lebih banyak membicarakan perihal penyingkapan hati, teori tentang Dzauk (rahsa) dan Kasyaf. Jika hati  sudah bening maka jiwa diharapkan akan mampu membaca dan menangkap kehendak-kehendak Allah. Bahkan sampai kepada membaca Lauh Mahfudz.
Dalam dimensi inilah kemudian orang sering menyalah gunakan pemahaman atas ilmu ini. Orang-orang yang tergila-gila ilmu ini, mengklaim dirinya telah melihat Lauh Mahfud.  Dia meng klaim telah membaca apa yang tersurat ataupun tersirat, mampu menguraikan hikmah kata perkata bahkan setiap huruf dari Al qur an. Mampu menguraikan hikmah tiap surah dan ayat yang berhubungan dengan kekayaan, kesaktian, kekuatan dan lain-lainnya.
Setiap surah kemudian di urai menjadi obat bagi siapa saja yang sakit dan membutuhkan bantuan. Pendek kata ayat-ayat Al qur an dan setiap hurufnya dijadikan komediti yang dapat di jual belikan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Sungguh hal yang menimbulkan bahaya tersendiri bagi bagi orang yang tidak lurus hatinya.
Rosululloh mengingatkan kepada kita agar berhati-hati terhadap orang yang mengaku-aku memiliki Ilmu Hikmah (Laduni). Berkata Aisyah ra bahwa Rosululloh setelah membaca Surah Ali Imron ayat 7;

“Jika kamu melihat orang-orang bermujahadah tentang itu (mencari takwil perihal ayat-ayat mustasyabihat) maka itulah orang-orang yang dimaksud Allah, (orang yang akan menimbulkan fitnah) maka jauhilah mereka” (Riwayat Imam Ahmad). 

Riwayat ini di kuatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibn Jarir.
Banyak sekali ayat yang tidak seharusnya di takwilkan, dan memang akan sulit di takwilkan. Sebab banyak dimensinya, salah satunya adalah berada dalam  dimensi rahsa, misal kata cinta, kasih sayang, ikhsan, takwa, syukur, iman, dan lain-lainnya. Kata tersebut hanya akan mampu dipahami jika kita sudah berada dalam keadaan hal yaitu suasananya.
Maka jika seseorang ingin mengetahui bagaimanakah keadaan rahsa cinta kepada Allah misalnya, maka orang tersebut harus memasuki dimensi rahsa. Jika hanya  diuraikan melalui akal dan logika, melalui perbendaharaan kata-kata manusia, maka kita tidak akan mampu mendapatkan keadaan hal (suasana) sebagaimana yang dimaksud oleh kata cinta itu sendiri.
Semisal buah jeruk, kita tidak akan mampu mendapatkan referensi utuh perihal jeruk, jika kita tidak mendapatkan realitas buah itu sendiri.  Jika kita sudah menemukan realitas jeruk maka karenanya, kita pun dengan sendirinya,  menjadi mampu berada dalam suasana, keadaan, kondisi, hal siap menerima makna hakekat jeruk selanjutnya  yang masuk kedalam kesadaran kita, karena kita sudah memiliki referensinya (realitasnya).
Jika kita masuk kedalam realitas dimensi keadaan hal (suasana)  hakekat sebagaimana keadaan jeruk itu sendiri, secara bulat, baik dalam realitasnya maupun dalam dimensi rahsanya, dan oleh karenanya kita kemudian memiliki pengetahuan tentang hal ikhwal perihal buah jeruk tersebut dengan benar dan utuh, sehingga kita mampu menjadi yakin yakinnya, tanpa ada ruang yang menyisakan keraguan sedikitpun  di dalam dada kita, maka oleh sebab karena keyakinan ini,  jikalau ada pembantah meskipun sang pembantah mampu membalikan gunung sekalipun, keyakinannya akan tetap tidak akan tergoyahkan. Dia akan tetap pada pendiriannya bahwa hakekat jeruk yang benar adalah yang sebagaimana realitas dalam kesadarannya itu.
Maka  (ketika) kita berada dalam pengamatan ini, dalam suasana kondisi seperti ini  maka  secara tidak langsung, kita tengah  berada di dalam bagian dari  Ilmu Laduni itu sendiri. Inilah yang ingin saya sampaikan.

Hakekat Ilmu Laduni
Dalam pemahaman saya hakekat Ilmu Laduni sendiri adalah sama saja dengan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang dipelajari melalui pemahaman empiris. Hakekat Ilmu Laduni  menurut saya, adalah Ilmu yang akan menghantarkan kepada seseorang kepada keyakinanya, ilmu yang mampu menyingkapkan hijab hati atas sesuatu, sehingga nampaklah baginya kebenaran itu.
Kebenaran itu  yang kemudian akan menjelaskan sendiri bagaimana keadaannya. Selanjutnya, jika kebenaran sudah diketahuinya dengan hak maka munculah keyakinan utuh, dimana dalam hatinya tidak menyisakan ruang untuk keraguan sedikitpun. Dengan kata lain Ilmu Laduni adalah Ilmu yang di gunakan untuk menambah keyakinan seseorang dari keyakinannya yang ada sebelumnya. Menambah kuat keimanan dari keimanan yang penuh keraguan. Sebab kebenaran itu sendiri yang akan berkata kepadanya. Sehingga pada saatnya nanti kesadaran orang tersebut akan sampai kepada/di posisi kearifan tertinggi sebagai manusia.
Sesungguhnya Al qur an penuh hikmah. Jika saja  kita mampu menerima dan menetapi  keadaan yang dimaksud suatu ayat. Maka itu adalah hikmah yang sangat banyak. Sebab dengan pemahaman semisal satu ayat  saja, jiwa kita akan mampu tenang. Jiwa akan dengan sendirinya tenang dalam menetapi takdir-takdirnya dalam keyakinannya.
Ketenangan yang tidak di buat-buat. Sebab dirinya diliputi suatu keyakinan bahwa Allah tidaklah menghendaki kesukaran bagi dirinya. Bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan maha Penyayang. Inilah keyakinan sejati.  Karena dia sudah pernah merahsakannya, keadaan dalam keyakinan itu. Disinilah ranah Ilmu Laduni, wilayah rahsa (dzauq), penyingkapan daya (kasyaf), menetapi posisi kedudukan dan keadaan  jiwa atas hal didalam hikmah atas makna setiap surah.

Saya akan sedikit mengulasnya dengan salah satu contoh dan keadaannya sebagai berikut, misalnya keadaan pada surat Al baqoroh ; 185, diinformasikan kepada kita. Firman Allah :  

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. “  

Sekilas kita membaca ayat tersebut sebagai informasi biasa saja, namun jika kita masuki lebih dalam, ayat tersebut seperti bicara kepada kita. Anehnya, meskipun kita mencoba memasuki lebih dalam lagi keadaan seperti yang dimaksud ayat tersebut kita tidak akan mampu menemukan keadaan posisi jiwa disitu yang pas dengan pemahaman ayat tersebut.
Timbullahkeraguan pada diri kita, seperti apa keadaannya ?. Kemudahan seperti apa yang dimaksudkan. Bukankah kehidupan kita, hanyalah  mendapati kesukaran demi kesukaran, kesulitan demi kesulitan,  hidup tak berbatas tepi, merana terus menerus sepanjang waktu ?. Begitulah kita akan selalu saja mempertanyakan keadaan diri kita. Berikutnya alih-alih kita mengakui kebenaran ayat tersebut. Malahan selanjutnya kita pun akan menganggap remeh, bahkan mengabaikan saja ayat ini. Kita malas sekali berfikir akan kebenarannya.  “Masa bodoh ah..gak ngerti lupakan saja ..!” Begitulah kita.
Keadaan jiwa akan meliar, bertanya dan memberontak kepada siapa saja dalam dirinya, kepada apa saja. Jiwa akan terus mendebat; “Jika Allah mengehendaki kemudahan bagi saya kenapa hidup saya susah begini, kenapa saya tidak kaya, kenapa saya tidak cantik, kenapa saya tidak dilahirkan dari konglomerat, apa yang di mudahkan Allah atas saya, kenapa bla..bla..dan seterusnya dan seterusnya.” Jiwa tidak akan pernah berhenti menghujat.
Begitulah keadaan jika jiwa tidak memiliki referensi apapun atas yang kita ucapkan. Dalam kasus ini, jiwa akan terus bertanya tentang takdirnya. Kemudahan apa yang diberikan Allah atas takdirnya. Muncullah prasangka kepada Tuhan. “Jika Allah tidak menghendaki kesukaran pada dirinya, mengapa kehidupannya kok sukar begini.”Jiwa tidak mengerti, tidak pernah mau mengerti, apa maunya Allah.  Sungguh karena hakekatnya jiwa belum mengetahui keadaan hal kebenaran atas firman Allah tersebut.
Sebagaimana  yang dialami kaum Yahudi ratusan abad lalu, dahulunya mereka seringkali membuang atau menghilangkan ayat-ayat yang tak dimengertinya, yaitu ayat yang dianggap mereka  tidak pas  dengan akal mereka.  Sesungguhnya dikarenakan mereka tidak paham dan  tidak pernah mendapatkan posisi dan keadaan  yang pas saja, disebabkan karena terhijab akalnya mereka  itu.
Hijab telah menutup diri mereka  untuk mengetahui hakekat dan  keadaan hal-nya sebagaimana yang dimaksudkan surah atau ayat dalam firman Allah. Mereka penuh prasangka, karenanya mereka membuang sebagian ayatnya atau mengganti dengan buatan mereka sendiri. Maka kemudian kita dengar ceritanya bahwa  kaum Yahudi banyak yang merubah isi dan kandungan kitab-kitab mereka. Itulah sebab jika manusia hanya menggunakan akalnya saja, pasti mereka  tidak akan mampu menerima keadaan hal  yang dimaksudkan oleh firman Allah. Maka  karena kesombongannya itu, secara begitu saja mereka kemudian mengikari (dalam hati mereka)  dan mendustakan  firman-firman Allah tersebut.
Memang tidak gampang memaknai keadaan yang dimaksud ayat tersebut, dan mengambil ikhwal kebenarannya, namun jangan sampai  karena  kita tidak mampu memaknai ayat tersebut, dengan seenaknya kemudian kita  menganggap ayat tersebut salah. Atau mengabaikan keberadaan adanya firman Allah tersebut. Kita harus ber hati hati dengan ini.
Kondisi seperti ini sebetulnya terjadi kepada siapa saja. Ketika keadaan jiwa belum siap maka jiwa tidak akan mampu menerima keadaan hal dan kebenaran ayat tersebut. Itulah keadaan diri setiap manusia. Walau bisa saja secara logika kita menerima kebenaran atas  ayat al qur an. Sebab dikarenakan pengaruh kesadaran kolektif atas diri kita, yaitu keimanan yang diturunkan orang tua kita.
Namun  keadaan jiwa nyatanya tidak bisa dipaksa untuk begitu saja mengakui hal ini. Jika jiwa tidak memiliki referensi atas rahsa dan keadaan tersebut maka  jiwa akan tetap dalam posisi pengingkaran. Jiwa tidak mampu mengenali, keadaan seperti  apa yang dimaksudkan sehingga terjadilah keraguan yang tersembunyi dalam hatinya.  Keraguan dalam hati inilah yang sering menimbulkan penyakit maka manusia tidak bisa khusuk. Keraguan ini harus di singkapkan, di buka lapis demi lapis. Sampai hati menjadi bening dan mampu menerima keadaan hal dan kebenaran firman Allah yang dimaksudkan tersebut.
Mari kita eksplorasi lagi, bagaima posisi keadaan jiwa saat kita mengucapkan

 “Sesungguhnya sholatku, ibadahku,  hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. “ 

Bayangkanlah bagaimana keadaan jiwa yang semestinya, bagaimana rahsanya, mampukah kita dalam posisi benar-benar dalam keadaan sebagaimana yang dimaksud oleh ucapan kita itu ?.
Ilmu Laduni akan menyingkapkannya untuk kita, bagaimana rahsa dan keadaan itu. Sehingga kita akan mampu menetapi keadaan tersebut dengan sebenar-benarnya, dengan se yakin yakinnya. Keyakinan yang utuh.  Kalau berkeinginan melakukan eksplorasi berikutnya, cobalah dengan lafadz lainnya; “ Subhanalloh, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Lai Ila ha illlah, Lau haula wala kuwata ila billah, Ina lillahi wa ina ilaihi rojiun.” Cobalah bagaimana posisi jiwa dalam keadaan hal tersebut.

Makna dan keadaan Hal
Secara sederhana perumpamaannya adalah sebagaimana keadaan seorang pemuda menyatakan cinta kepada kekasihnya. “Aku cinta padamu.” Pernyataan ini akan menimbulkan getaran dan sensasi luar biasa  bagi pemuda tersebut. Dan bagi gadis yang mendengarnya pun akan mampu menangkap getaran dalam nada suara dan bahasa tubuh pemuda tersebut. Bagaimanakah hal keadaan (suasana) dalam dada pemuda tersebut saat menyatakan cintanya ?. Inilah perumpamaannya. Inilah yang di kaji dan diungkap, dirahsakan agar hati mampu menerima keadaan hal sebagaimana makna ayat, itulah  hikmah yang luar biasa.  Bagaimanakah (suasana keadaan hal) dada orang ber iman dan dada orang kafir ?.
Lebih mudahnya lagi saya ilustrasikan. Ketika kita sudah memiliki referensi  akan buah jeruk, di sebabkan kita pernah, melihat, memegang, mencium, dan memakannya, mengerti rahsanya, maka saat kita mengatakan “JERUK”. Instrumen ketubuhan kita menerima kata tersebut dengan rileks saja. Jiwa dan raga pernah merasakan sensasi rahsa buah jeruk, akal dan indra juga sudah menyaksikan secara benar. Maka jeruk kemudian menjadi realitas. Menjadi mudah saja kita untuk memahami  dan mengenali sensasi ketika di sebutkan ‘JERUK’.
Maka ketika kita mengatakan. “Aku suka jeruk.” Semua instrument ketubuhan kita bekerja sinergis menerima, tidak ada penentangan apapun baik dari akal, indra, jiwa ataupun raga kita. Kita akan mengenali sensasi (suasana)  rahsanya. Semua dipahamkan dan mengerti. Kita akan dalam keyakinan yang bulat saat  mengatakan kalimat tersebut. Karena jiwa dan raga serta seluruh instrument ketubuhan kita dalam keadaan harmoni. Itulah perumpamaannya.
Namun sebaliknya jika kita belum memiliki referensi  perihal jeruk, instrument ketubuhan kita akan mendustakan apapun yang kita katakan tentang jeruk. Kita tidak akan memiliki keyakinan karena diri kita tidak memiliki referensinya.  Meski kita paksakan untuk mengerti, kita tetap tidak akan menemukan realitas jeruk dalam diri kita. Meskipun kita paksakan dri kita untuk agar yakin, namun sejatinya kita hanyalah akan mendapatkan suatu keyakinan yang menipu (keyakinan semu).

Karena di dalam diri kita masih ada ruangan kosong untuk keraguan.  Maka saat (ketika) kita  berkata. “Aku suka jeruk.” Instrumen ketubuhan kita akan menolak, dan mengingkari, ada penentangan dalam hati. Sebab ada keraguan disana, ada kebohongan yang tersembunyi. Akibatnya jiwa tetap tidak tenang setelah mengatakan kalimat itu.
Semisal lainnya,  saat (ketika) kita mendengar kabar perihal Taman Impian Jaya Ancol, banyak berita yang masuk kepada kita. Bagaimana keadaannya, serta apa saja wahana yang di tawarkan disana, penuh suka cita, pesona segala rupa, dan lainnya.  Begitu banyak informasi yang kita dengar, sehingga tanpa  mampu menolaknya kita meyakini bahwa berita itu adalah suatu kebenaran. Saking sukanya kita dengan berita-berita tersebut. Maka kemudian kita bahkan mampu menceritakan kepada kawan-kawan kita, dengan begitu antusiasnya, berikut sensasi dalam angan-angan kita. Masuklah imajinasi kita ke dalam cerita yang kita bawakan.
Begitu berurut, setiap orang melakukan kontruksi lagi atas berita yang di dengarnya, berdasarkan imajinasi dalam versinya masing-masing, cerita dari mulut ke mulut bersambung,  di bawa dari sabang sampai merauke. Sehingga meski tanpa pernah datang kesana setiap orang akan mampu menceritakan bagaimana keadaan Taman Impian Jaya Ancol, berikut dengan sensasinya. Dengan serunya setiap orang kemudian berdebat tentang berita tersebut. Dengan versi kebenarannya sendiri tentunya. Begitulah keadaannya.
Namun sayangnya, hati tidak pernah bisa diajak kompromi, ketika kita menceritakan keadaan hal Taman Impian Jaya Ancol. Hati akan menghakimi kita. Ada kebohongan tersembunyi disana. Maka ketika kita mengatakan bahwa “Saya percaya atas berita tentang Taman Impian Jaya Ancol “.
Kemudian ketika kita berkata bahwa “Saya mencintai Taman Impian Jaya Ancol”. Seluruh instrument ketubuhan kita akan menolaknya. Dalam dirinya tidak ada realitas atas Taman Impian Jaya Ancol.  Dia belum pernah kesana, belum pernah merasakan sendiri sensasinya. Maka ada keraguan dalam jiwanya. Jika semakin lama dia bercerita maka akan semakin dalam hijab yang menutupnya. Sehingga dia semakin jauh dari hakekat keadaan Taman Impian Jaya Ancol yang di maksud itu sendiri.
Dalam dirinya hanya penuh angan dan imajinasi yang menipu dirinya. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk sebuah keyakinan, jiwa harus menemukan realitas Taman Impian Jaya Ancol, agar dia yakin seyakin-yakinnya. Tiada jalan lain selain dia harus datang, mengenal dan merasakan sendiri bagaimana keadaan  tempat tersebut.
Ilustrasi tersebut ingin menjelaskan bahwa ketika kita mengatakan. 

“Aku beriman kepada Allah.” 

Padahal kita sendiri tidak pernah memiliki referensi kata “IMAN’.  Dan Kita sendiri juga tidak mengenal Tuhan “ALLAH” , maka pastilah instrument ketubuhan kita akan mengikari, ada keraguan disana, ada kebohongan tersembunyi. Inilah yang menyebabkan meskipun kita sudah beribadah sedemikian hebat, hati tetap tidak tenang.
Karena diri kita tidak memiliki referensi apapun atas kalimat yang kita ucapkan. Begitu pula kejadiannya,  sama keadaannya (ketika) saat ber dzikir dan dalam diri kita tidak memiliki referensi apapun atas rahsa dan keadaan hal sebagaimana di maksudkan lafadz yang kita dzikirkan. Maka sudah barang tentu kita tidak mampu berada dalam posisi keadaan sebagaimana maksud dalam kita ber dzikir. Ketika kita tetap nekad, hantam kromo saja, di khawatirkan justru malahan Jin yang datang, terpanggil oleh energy dzikir kita, maka seringkali kita temukan seseorang yang banyak dzikir keadaan dirinya  malahan diliputi para kodam, seakan-akan dia memelihara kodam yang selalu mengikuti apa saja maunya. Inilah jenis hijab lainnya. Dia akan sulit sekali masuk kepada hakekat “la haula wala kuwata ila billah’.
Inilah yang menjadi sebab mengapa ketika kita ‘mengingat Allah’ hati kita tetap tidak  mampu tenang. Dan di posisi lain, diri kita tetap tidak mampu menikmati takdir kita dengan puas, ikhlas dan ridho.  Padahal dalam ayat Al qur an jelas dikatakan “Dengan mengingat Allah maka hati akan tenang.” Disinilah Ilmu Laduni akan memandu kita dalam  menemukan hikmah atas makna ayat dalam Al qur an, secara benar, pada posisi jiwa yang benar. Sebagaimana yang dimaksud. Sehingga kita akan mampu mengatakan kalimat tersebut dengan keyakinan yang bulat. Sehingga karenanya, kita akan mampu kembali ber dzikir dengan khusuk.  Kearah tujuan itulah hakekat keberadaan Ilmu Laduni.
Karena sekali lagi, sudah semestinya kita menyingkap  hikmah atas keadaan hal dari setiap ayat, kemudian selanjutnya adalah bagaimana kita mampu mendapatkan posisi pada wilayah rahsa yang dimaksudkan. Keadaan yang dimaksudkan harus menjadi  realitas bagi diri kita.
Sebagaimana ilustrasi buah jeruk tadi. Kita harus memiliki referensi atas setiap kata yang kita ucapkan. Kita harus mengenal rahsa yang menyingkap makna. Keadaan realitas yang sebenarnya, sehingga kita mampu mengucapkan kalimat (ayat) dengan khusuk. Ini adalah wilayah rahsa (dzauq) dan penyingkapan (kasyaf).  Suatu lintasan rahsa yang unik, sangat subyektif sifatnya.
Keadaan ini sungguh penting,  dikarenakan dengan mengetahui keadaan ini, kita akan tahu bahwa saat itu, kita sedang melakukan  penyembahan kepada siapa, kepada Allah ataukah kepada selain Allah. Disinilah Ilmu Laduni akan banyak membantu.
Meskipun setiap orang nantinya dalam kadar dan ukurannya masing-masing  dalam hal ini, namun tidak seharusnya kemudian kita mengesampingkan realitas keadaan posisi jiwa dimana saat terkini. Mengetahui dimana jiwa dalam keadaan orbit yang semestinya.  Maka tidak selayaknya jika kita mengabaikan keberadaan Ilmu Laduni ini.

Khazhanah Intelektual
Ilmu Laduni adalah khazanah kekayaan intelektual Islam yang tersembunyi. Ilmu ini telah di bingkai dan di bonsai sedemikian rupa, dianggap tabu, sehingga secara perlahan menghilang dari kesadaran umat Islam.
Ilmu ini pernah diperdebatkan berabad-abad lalu. Ada yang pro dan ada yang kontra. Sungguh sayang sekali, jika ilmu ini akhirnya tenggelam dalam hiruk pikuk peradabaan. Jangan disalahkan, jika kemudian Ilmu ini akhirnya  dimanfaatkan oleh orang yang tidak mengerti,  mereka menggunakannya untuk kepentingan nafsu mereka sendiri, mereka riya’ dengan ilmu mereka ini. Inilah yang menjadi penyebab kenapa Ilmu ini kemudian terpinggirkan.
Menjadi keprihatinan kita, sungguh sangat di sayangkan, jika khazanah ke ilmuan ini di manfaatkan hanya  untuk sekedar  pamer saja. Padahal dalam riwayat lain di ceritakan bahwa  Ilmu inilah yang telah membantu Hujatul Islam Imam Ghozali mendapatkan pencerahan kembali setelah sakit dan mengalami keraguan yang serius dalam mencari hakekat ilmu dan hakekat kebenaran.  Syukurlah beliau disamping  kesembuhannya, akhirnya beliau  juga telah    berhasil menyusun ulang kaidah-kaidahnya secara lebih terperinci dan lengkap.
Marilah kita formulasikan kembali makna dan hakekat Ilmu Laduni, sehingga sesuai dengan tuntutan jaman. Mari kita lihat kondisi masyarakat kita, sebagian besar umat Islam adalah  orang awam, mereka  adalah garda terdepan yang senantiasa terus di benturkan dengan kehidupan, merekalah yang berhadapan dengan kesadaran liberalisme dan lain-lainnya. Mestinya mereka berbekal keimanan yang kuat. Namun keadaannya tidak demikian. Kesibukan telah menyita hari-hari mereka. Jangankan untuk menghapalkan dalil-dalil dan meng hapal Al qur an. Untuk sekedar memenuhi dan menggugurkan kewajiban sholat 5 waktu saja merekapun masih kesulitan. Bagaimana pula harus mempelajari dalil dalil ilmu kalam yang diwajibkan atas mereka, agar mampu melaksanakan syariat ?. Bukankah agama akan memberatkan jadinya ?.
Keadaan mereka terus di kejar waktu, tidak ada kesempatan mengkaji dalil-dalil sebagaimana yang di isyaratkan ilmu kalam (Baca; syariat). Kewajiban yang menjadi persyaratan ini  akhirnya membebani mereka. Seperti menjadi keengganan lainnya jika mereka harus berbicara agama sebagai jalan hidup. Agama akhirnya menjadibeban hidup itu sendiri. Seperti dua sisi mata uang saja. Sehingga hidup mereka kering, pada gilirannya menyebabkan  kesulitan tersendiri  bagi mereka, dalam menjalankan kehidupan beragama.
Meskipun begitu, namun sesungguhnya kecintaan mereka atas Islam sejatinya tidak pernah surut. Bukankah sudah terbukti, jika ada sedikit saja kaum lain yang mengusik Islam, mereka akan berontak. Mereka akan melawan dengan kekerasan. Kecintaan yang menimbulkan dilema. Sebab karena ulah seperti ini Islam terlihat menjadi gahar, Islam yang penuh prasangka dan  permusuhan. Jauh dari agama yang penuh kasih.
Walau begitu,  tidaklah seharusnya jika mereka  kemudian terpinggirkan,  dan ditinggalkan dengan tidak mendapatkan pengajaran !.  Bukankah ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita ?. “Bagaimana agar kaum awam seperti kita ini mampu  menjalani kehidupan beragama dan berketuhanan meskipun dibelit dinamika kota.”Pertanyaan yang seharus bisa segera terjawab oleh Islam itu sendiri.
Pengajaran yang sederhana namun mampu memenuhi kebutuhan mereka dalam beragama. Inilah  jawabannya, solusi yang diharapkan kaum urban. Belajar agama melalui pengajaran ringkas dan sederhana, dan tidak ribet,  namun cukup untuk menjadi bekal kita menjalani hidup,  dengan tenang, puas dan ridho. Bukankah ini sudah seharusnya ?. Pengajaran Islam   sederhana namun dalam dan syarat makna,  sebagai bekal dalam mengarungi hidup di dunia dan di akhirat nanti. Inilah yang dimaui. Karena yakinlah, jikalaupun kita  hanya mampu memahami satu ayat saja dengan benar, semisal “Bismillahi rohmani rohiem” kita manusia sudah dapat di pastikan akan mampu hidup puas, tenang, dan ridho. Sungguh, jika saja kita mengetahui dan meyakini hal ini (!?!).
Al qur an adalah kitab yang  penuh hikmah. Maka disebutkanlah jika manusia diberikan hikmah ilmu,  semisal satu ayat  saja, dapatlah  dikatakan,  bahwa dia sesungguhnya sudah mendapatkan  rejeki yang amat sangat banyak. Inilah faedah ilmu hikmah (Laduni) yang di tawarkan.  Maka sudah selayaknya jika Ilmu Laduni di kaji ulang,  menjadi solusi alternatif pengajaran bagi masyarakat urban ibukota.

Batasan Ilmu Laduni
Ilmu Laduni adalah sebuah keniscayaan, ilmu yang sebaiknya  dimiliki oleh umat Islam. Apakah terlalu berlebihan statemen ini. Rasanya tidak. Seseorang yang telah memiliki iman dalam hatinya dan dia  bertakwa kepada Allah, akan dengan sendirinya  memiliki ilmu ini. Inilah keniscayaan yang saya maksudkan. Pengetahuan akan penyingkapan hati, pengetahuan kasyaf , kemampuan seseorang dalam mengenali daya yang bekerja pada dirinya,  adalah sebuah kemampuan yang layak dimiliki.
Menjadi pertanyaan dalam kajian-kajian terdahulu, bagaimana kita mampu mengenali sebuah  daya yang bekerja pada diri kita adalah benar daya Allah, bukannya daya yang berasal dari proses induksi. Inilah pertanyaan kita selalu. Keyakinan bahwa daya yang bekerja pada diri kita adalah daya Allah, adalah sebuah keniscayaan yang seharusnya dimiliki oleh kaum muslimin.
Sayangnya, mengenali sebuah daya dan kemudian menetapinya sebagai daya dari Allah adalah sebuah persoalan tersendiri bagi umat Islam.  Mereka selalu merasa sudah benar dalam penyembahan mereka, mereka  enggan masuk ke dalam hatinya masing-masing mempertanyakan hal ini. Mereka dan kita semua sering tidak mau mempersoalankan lagi apakah daya yang kita pergunakan adalah benar daya Allah atau bukan.
Sudah mampukah kita meniadakan daya-daya lain yang mencoba memperngaruhi diri kita dan berkata dengan yakin bahwa tiada daya upaya selain (daya) Allah. Tanpa keyakinan yang benar, maka sesungguhnya kita tidak akan mampu mengatakan hal ini. Kita akan mengalami keraguan dan keraguan terus. Semua dalam kesulitan (ketika) saat   ber ikhsan. Hakekat bahwa Allah melihat kita, dan hakekat bahwa (seakan akan) kita melihat Allah. Inilah salah satu sebab mengapa umat muslim Indonesia mengalami kemrosotan akhlak yang akut.
Sebab ketika kita sudah yakin dan mampu mengenali daya tersebut, maka tenanglah hati dan jiwa kita. Inilah system bekerjanya ketubuhan kita. Bagaimana mengenali daya tersebut jika kita tidak memiliki pengetahuan atas ini ?. Maka dengan ilmu (kasyaf) inilah diharapkan manusia akan dapat mengenali daya tersebut dan kemudian yakin atas ini. Pengetahuan ini bukanlah datang secara tiba-tiba, seseorang harus melakukan perjalanan sendiri-sendiri.
Pengetahuan ini bukan datang dengan cara membaca, ataupun belajar dari seorang guru. Pengetahuan ini langsung diajarkan oleh Allah kepadanya. Maka seseorang yang menginginkan pengetahuan ini wajib melakukan perjalanan rohani, sampai nantinya  Allah  akan menunjukan jalan kepada-Nya.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (jihad) untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. “ (QS. Al Ankabut : 69)
Inilah janji Allah, maka saya katakan bahwa Ilmu Laduni adalah sebuah keniscayaan saja. Yaitu bagi setiap muslim yang mencari keridhaan Allah dengan sungguh-sungguh maka kepadanya akan ditunjukkan jalan ini. Sebab dengan Ilmu ini dia akan mampu mengenali daya, dia akan mampu mengenali dualitas rahsa, dia kemudian akan mengenali jalan-jalan-Nya. Inilah keniscayaan berikutnya, membedakan rahsa-rahsa di jiwa, yaitu sebuah efek sensasi rahsa yang ditimbulkan oleh sebagai akibat penyembahan diri kita, apakah  kepada Allah atau kepada selain Allah. Dirinya akan mengenali rahsa tersebut, membedakannya, sehingga kemudian dia mampu melakukan koreksi dan bertobat, meluruskan kembali niatnya, jika kita salah dalam penyembahan diri kita. D
engan ilmu ini (kasyaf) dia akan mampu menghadapkan dirinya dengan keyakinan yang  benar kepada Tuhan (Allah) Yang maha Esa bukan kepada  Tuhan yang sebatas dalam persepsi saja, bukan kepada Hantu yang  malah dianggapnya sebagai Tuhan.   Semua akan diketahuinya melalui penyingkapan hati, melalui sensasi rahsa yang tak sama. Akan ada efek dualitas rahsa yang akan mampu  dikenal dengan baik, sehingga dirinya tidak dibingungkan lagi oleh sensasi dualitas rahsa tersebut.
Saya ingin memisahkan pemahaman saya dengan pemahaman  bahwa Ilmu Laduni atau Ilmu Hikmah adalah sebuah ilmu yang dimaksudkan dan identik dengan kemampauan seseorang yang memilikii karomah, supranatural, atau kesaktian-kesaktian lainnya. Bukan itu yang saya maksudkan. Bukan atas pemahaman itu, kajian ini dituliskan dan bukan maksud dari kajian ini ke arah sana.
Saya akan membatasi pemahaman bahwa Ilmu Laduni , menurut pendapat saya  adalah sebuah ilmu mengenali rahsa (dzauq), menyingkap hati, dan mengenal daya (kasyah) di dalam diri manusia sendiri. Ilmu yang akan mampu menyingkap hakekat diri manusia itu sendiri. Sehingga manusia akan mampu mengenali dirinya sendiri.
Ilmu Laduni adalah ilmu yang sangat spesifik dan unik. Setiap manusia akan diberikan ilmu ini, namun sayangnya ilmu ini  hanya bisa digunakan untuk dirinya sendiri saja. Inilah pemahaman saya, sehingga ilmu ini tidak mungkin dapat diajarkan kepada lainnya. Dia hanya bisa menggunakan ilmu tersebut hanya untuk mengenali dirinya sendiri, mengenali lintasan hati dan penyingkapannya. Maka berhati-hatilah kepada orang yang mengatakan memiliki ilmu ini dan mengatakan  mampu mengajarkan Ilmu Laduni ini. Dalam pemahaman saya Ilmu Laduni bukanlah sebuah ilmu tentang kesaktian manusia, ilmu ini adalah sebuah ilmu hikmah.
Hikmah apa yang perlu diketahui seseorang atas sesuatu hal, maka hanya Allah dan dia saja yang tahu.  Allah Maha Tahu, yang  akan menyingkapkan rahasia hikmah apa saja untuk dirinya. Hikmah yang hanya pas untuk dirinya sendiri, tidak untuk orang lain. Hanya dia sendiri yang akan memetik hikmah pelajarannya. Maka pengajaran seperti apa, kurikulum yang  mana yang akan  pas untuk setiap manusia, hanya Allah yang tahu. Maka hubungan belajar dan mengajar ini  sangatlah spesifik sifatnya dan ‘privat’ sekali.
Mengenali rahsa (dzauq), mengenali daya (kasyaf), Ilmu yang mampu meyingkap rahasia hati, sehingga dengan ilmu ini seseorang akan memiliki keyakinan yang tidak akan menyisakan ruang bagi keraguan sedikitpun. Karena telah terbukanya hijab dan penyingkapan hati. Inilah hakekat dan batasan Ilmu Laduni yang saya maksudkan.
Dengan ilmu inilah seorang muslim akan dapat memahami hikmah dam hakekat kebenaran itu sendiri. Sehingga dia tidak akan dibingungkan lagi dengan versi kebenaran kelompok lainnya. Jikalau dalam penyingkapan hikmah, seseorang kemudian di pahamkan melalui cara-cara yang di luar nalar dan logika, (sehingga manusia menganggap sebagai karomah) itu sifatnya hanya individualistis, dan karena semua terserah kepada Allah bagaimana memberikan pengajaran.
Pengajaran dalam mengenali daya, memang kadang sangat mempesona. Hampir semua yang penulis kenal yang sedang belajar hal ini tiba-tiba memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kadang bisa memberhentikan hujan, memberhentikan dan membalikan arah  angin, dan juga kemampuan supranatural lainnya. Banyak diantaranya yang kemudian mampu menyembuhkan penyakit non medis, yang di sebabkan makhluk ghaib, dan lain sebagainya.  Tersingkapnya hijab hati akan menyingkapkan ke ghaiban inilah konsekwensinya, maka dia akan mampu  berkomunikasi dengan makhluk ghaib, dan mengenali kesadaran-kesadaran lainnya, mengenal dari rahsa di jiwa.
Dirinya akan senantiasa di hadapkan kepada dua dunia, beserta dimensi-dimensinya. Dirinya dibenturkan kepada sebuah fakta untuk memaknai  manakah yang sebenarnya Realitas dan manakah yang Ghaib
Dualitas rahsa dalam kesadarannya. Karena semua menjadi seakan-akan sama saja. Tinggal dia mau memaknai seperti apa keadaannya dan sebagai apa. Apakah akan memaknainya sebagai hal ghaib ataukah sebagai realitas alam semesta saja, suatu kewajaran.  Sungguh mempesona. Namun hakekatnya itu hanyalah  pembelajaran saja kepadanya. Dia sedang diajarkan pelajaran mengenai daya yang sedang bekerja, daya yang bekerja di alam  dan dalam tubuh manusia itu sendiri. Diajarkan siapakah dirinya, hakekat dirinya sendiri, hakekat tentang AKU.
Maka celakalah orang yang kemudian mengaku-aku memiliki daya ini. Celakalah orang yang mengaku aku memiliki Ilmu Laduni ini. Kemudian menganggul-anggulkannya, sebagai kesaktian, sebagai karomah, atau lainnya.  Karena hakekatnya ilmu ini berada di antara ada dan tiada, hikmah diantara realitas dan ghaib. Semua milik Allah. Hasil yang benar jika seseorang memiliki ilmu ini adalah kebalikannya, dia akan menjadi merasa  tidak  memiliki ilmu sama sekali. Seseorang justru akan merasa tidak memiliki daya sama sekali, setelah belajar dan memahami hakekat ilmu ini. Inilah keanehannya.
Semua tergantung rahmat Allah semata. Dia hanya menggantungkan hidupnya dari kemurahan Allah, yang akan memberikan daya kepadanya atau tidak. Inilah hakekat hasil pembelajaran Ilmu Laduni. Ilmu ini ada namun menjadi tiada, karena hakekatnya adalah kita kemudian meniadakan ilmu ini sendiri.  Ilmu ini berada dalam kesadaran realitas dan keghaiban itu sendiri.
Karenanya kita akan kesulitan jika mencari orang yang benar-benar memiliki ilmu ini, karena dia akan tersembunyi diantara manusia lainnya. Jika tersingkapkan, Ilmu ini menurutnya, hanya akan menjadi aib nya saja nanti. Begitu takutnya dia kepada Allah, takut menjadi riya’ jika dirinya diketahui. Maka keberadaan orang-orang ini nyaris terabaikan, mungkin saja ada diantara kita semua, namun kita tidak tahu. Ciri-ciri seorang muslim sejati ada pada dirinya. Itulah tanda-tandanya.
Ini adalah ilmu ketiadaan, meniadakan  daya upaya kita,  dia hanya bisa pasrah  menggantungkan dirinya atas daya yang diberikan Allah. Dia benar-benar merasa menjadi manusia yang tidak punya daya sama sekali. Benar-benar lemah, menjadi manusia biasa, sangat biasa. Dia merasa tidak tahu apa-apa, karena semuanya seakan-akan hanya di tarok begitu saja. Dia akan menjadi tunduk, rendah hati, karena dia menyadari bahwa dirinya bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Dan lain lain, dan lain lain. Hingga pada gilirannya nanti sampailah dirinya kepada makom kearifan tertinggi dalam dimensi manusia.
Jika tertarik belajar Ilmu ini, Ilmu Laduni, maka  menurut hemat saya tidaklah harus belajar kepada orang lain. Sebab begitu sulitnya jaman sekarang ini menemukan orang seperti itu. Belajarlah kepada Allah. Bergurulah kepada Allah.
Begitulah ke-khas-an Ilmu Laduni, dalam pemahaman saya, bagaimana memulai nya ?. Maka ini hanyalah sekedar sharing saja, sekali lagi hakekatnya hanya Allah saja yang tahu, pengajaran seperti apakah yang pas buat diri kita masing-masing.

Dari mana mulai ?
Di awali dari sebuah pertanyaan yang di lontarkan.  Mengapa manusia menerima dengan sikap pasrah sebuah keyakinan  secara turun temurun, tanpa sedikitpun keraguan ?. Mengapa manusia tidak mau menggunakan bukti-bukti rasional sebagai dasar penerimaan itu ?.
Mengapa setiap kelompok meyakini paham mereka sebagai suatu kebenaran ?. Bersikukuh mempertahankan keyakinan yang di dapat dari nenek moyang mereka secara  turun temurun, tanpa meragukan sedikitpun. Mengapa Islam, Kristen, Hindu, Budha, Yahudi, Bathiniyah, dan lainnya tetap dalam pendapatnya itu. Sehingga pada gilirannya, membuat  mereka sendiri  menjadi sangat sensitif ketika diantara mereka mengalami benturan keyakinan dan bersinggungan paham.
Mengapakah hal ini tidak menimbul pertanyaan dan keraguan kepada kita, manakah diantara paham mereka sesungguhnya  yang benar.
Marilah kita telusuri mengapa keadaannya begitu. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya saja kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. “  (HR. Al Bukhari, Muslim, Malik, dan Ahmad).
Itulah keadaan real kondisi manusia, saat dia dilahirkan, dia sudah berada dalam kesadaran kolektif masyarakatnya. Dia tidak bisa memilih orang tuanya, lingkungannya, atau agamanya.
Jikalau begitu dapatkah dia disalahkan pada satu sisi itu saja, ketika dia memeluk agama Yahudi, Nasrani atau Majusi ?. Apakah orang tuanya yang salah ?. Ternyata tidak juga, karena ternyata orang tuanyapun mengalami nasib yang sama. Dia juga hanya menerima agama dari orang tuanya lagi. Dan seterusnya, dan seterusnya. Setiap manusia hanya menerima begitu saja paham dan keyakinan dari nenek moyang nenek moyang mereka.
Jikalau setiap manusia mengalami kejadian yang sama seperti itu,  kenapa mereka semua harus mewarisi juga sikap permusuhan nenek moyang-nenek moyang mereka semua ?. Menjadi permusuhan yang turun temurun lintas generasi, permusuhan yang tiada habis-habisnya. Praduga dan persepsi di bangun atas cerita masa lalu. Tidakkah sebaiknya setiap golongan, setiap manusia duduk bersama mengkaji kebenaran masing-masing. Melakukan kontemplasi dalam diri sendiri mencari hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat kebenaran.
Yakinlah, manusia dahulunya adalah umat yang satu. Agama dahulunya adalah satu. Kemudian ada sebagian dari manusia yang di berikan pengetahuan menyimpangkannya, mengikuti hawa nafsunya. Pemahaman tersebut kemudian diturunkan, diikuti oleh keturunan keturunan mereka secara membuta. Sampailah kepada kita sekarang ini. Sesungguhnya manusia telah melalaikan keadaan yang sudah sekian lama begini, berabad abad lalu hingga melintasi jaman dan peradaban, sampailah kepada kita sekarang ini. Dinamika seluruh umat manusia dengan pelbagai macam keyakinan dan kebenaran versi masing-masing.
Kita seharusnya khawatir  dengan perkembangan agama Islam itu sendiri, kemudian mempertanyakan dengan keraguan, mengapa begitu banyak mahzab di dalam Islam, mengapa Islam juga terpecah-pecah. Manakah yang benar diantara mereka. Kita harus memiliki Ilmu yakin atas kebenaran yang di dalamnya tidak menyisakan sedikitpun ruang bagi keraguan. Keyakinan yang haqul yaqin yang tidak menyertakan kemungkinan salah dan praduga.
Sebuah keyakinan atas kebenaran yang tidak mungkin mampu di goyahkan sedikitpun oleh siapapun, meskipun sang pembantah memberikan emas sebesar gunung sekalipun. Dan selanjutnya kita mampu menyikapi atas  perbedaan yang tengah terjadi di dalam masyarakat itu dengan kearifan, sebab hakekat kebenaran datangnya dari Allah.
Muncullah pemahaman bahwa hakekatnya setiap golongan hanya berada dalam makom mereka masing-masing. Tentunya  mereka semuanya nanti, jika  telah satu  dalam kebenaran Tuhan maka seluruh umat manusia akan menjadi  kembali bersatu lagi dalam dienul Islam. Itulah keyakinan Islam.
Sekali lagi, setiap mahzab, setiap golongan senantiasa melakukan klaim atas kebenaran mereka, namun kita tidak pernah tahu, diantara mereka manakah sesungguhnya  yang benar. Benar  dalam kebenaran Allah. Dimanakah rantai yang terputus, dimanakah ‘missing link’ nya, sehingga kebenaran yang sampai kepada kita sudah terserak-serak, sudah tidak lengkap lagi.
Kita harus menanyakan kepada diri kita melalui keraguan. Karena Al qur an telah mengisyaratkan demikian. Pada setiap peradaban mungkin ada saja nenek moyang kita yang lalai. Kita harus khawatir atas hal itu.   Sehingga kitalah yang di harapkan mampu memutuskan mata rantainya, mencari dimanakah asal muaranya, mencari jalan penghubung atas ajaran nabi Ibrahim yang lurus (Milah Ibrahim).  Sehingga kita memliki keyakinan yang benar, yang selanjutnya dengan ini,  dapat kita wariskan kembali kepada anak cucu kita berikutnya. Menjadi generasi Islam yang wajahnya penuh senyum, yang senantiasa menjadi rahmat bagi yang lainnya. Islam adalah rahmat semesta alam.

Generasi yang melalaikan

“Ya Sin. Demi Al qur an yang penuh hikmah. Sungguh engkau (Muhammad) adalah seorang dari rosul-rosul. Diatas jalan yang lurus. (Sebagai wahyu) yang diturunkan (Allah) yang maha Perkasa, Maha Penyayang. Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sungguh, pasti berlaku perkataan terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. “  (QS. Ya sin 1-7)

Al qur an jauh hari sudah memperingatkan hal tersebut. Dalam setiap peradaban setiap abad akan terdapat suatu kaum yang nenek moyang-nenek moyang mereka lalai. Maka Al qur an kemudian  di turunkan, sebagai wahyu, memberikan peringatan kepada kita, atas kemungkinan tersebut dengan sebuah praduga bahwa diduga diantara  nenek moyang kita  terdahulu terdapat suatu generasi yang lalai.
Terjadilah ‘missing link’  mata rantai yang  terputus. Sehingga sampai ke jaman kita, sudah  menjadi banyak versi kebenaran yang terserak diantara setiap golongan. Kitalah semua  yang harus mengkritisi, ke dalam diri kita masing-masing. Mengikuti petunjuk di dalam Al qur an. Mencari kebenaran itu sendiri.
Al qur an menuntut ke aktifan manusia dalam mencari kebenaran. Menguji kembali keimanan yang telah diwariskan kepada diri kita masing-masing.  Meminimalisir kelalaian nenek moyang kita yang beranggapan bahwa diri mereka sudah benar, sehingga karenanya mereka lalai, dan karena  itu mereka tidak mau lagi mencari kebenaran. Sehingga kebenaran yang sampai kepada kita sudah tidak sempurna.
Kebenaran harusnya sampai kepada kita melalui jalan yang lurus (shirotol mustakim). Bukan melalui jalan orang yang sesat ataupun jalannya orang yang di murkai Allah. Maka kita wajib meyakinkan diri kita atas hal tersebut. Sehingga kita mampu mengamankan setidaknya jalan kita sendiri terlebih dahulu.
Pertanyaan-pertanyan tersebut layaknya terus di lontarkkan ke dalam hati. Sebagaimana yang dilakukan nabi Ibrahim as, ketika mencari hakekat Tuhan, sebagaimana juga yang di lakukan Rosululloh dalam kontemplasinya sepanjang waktu dan di perkuat saat-saat di gua hiro.
Begitu juga sebagaimana Hujatul Islam Imam Al Ghozali. Ini adalah pondasi dasar untuk melatih instrumen ketubuhan kita, mempersiapkan kondisi saat di susupkan contoh rahsa agar dikenali. Semua dimulai dengan pertanyaan, penuh keraguan atas suatu keadaan. Melihat ke dalam diri, mencari referensi atas sesuatu itu, dari dalam jiwa kita sendiri.

Pengajaran yang sederhana
Marilah kita masuki saja agar menjadi lebih jelas apa yang saya maksudkan. Kita mulai dari hal yang sederhana. Kita coba dari masalah yang paling banyak terjadi menimpa kita kaum awam adalah perihal sholat. Al qur an sudah memberikan solusi efektif  bagi kita kaum urban dalam menghadapi kesempitan dan tuntutan hidup.
Firman Allah “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. “  (QS. Al baqoroh 45). Perintah tersebut jelas tidak mungkin salah. Masalahnya adalah kita yang belum mampu. Maka mulailah kita bertanya dalam hati kita, berdialog dengan tajam dan dalam.
· Apakah sholat yang di ajarkan orang tua kita sudah benar, sehingga  sholat mampu menjadi penolong kita ?.
· Apakah ada yang salah, sehingga sholat belum dapat saya jadikan penolong ?.
· Mengapa sholat dapat di jadikan penolong ?. Bagaimana caranya ?
· Nyatanya berat bukan ?. Kenapa kok saya tidak bisa melakukan hal itu ?
· Hanya orang yang khusuk yang dapat melakukan itu ?
· Mengapa saya tidak bisa khusuk ?.
· Terus bertanyalah dan jawablah dengan jujur. Latih terus instrument ketubuhan kita.
· Kuatkan hati dan terus bertanya kepada Allah. Bagaimana caranya agar kita mampu mengerti.
Begitu juga dalam mengenal Allah, baiknya kita mulai dari ayat yang sering kita lafadzkan sehari-hari . Bisa dari “Bismillahi rohmani rohiem”. Pernyataan tersebut harus kita akui  pasti benar.
Maka kenalilah, bertanyalah terus, kasih sayang apakah yang telah diberikan kepada kita. Terlihat sederhana pertanyaan ini, namun seperti uraian dimuka, saat kita tidak memliki referensi apapun tentang sifat kasih dan sayang Allah, kita tidak akan mampu mengucapkan ini dengan keyakinan.
Ketika kita tidak yakin dengan ini, maka kita juga akan sulit mengenal Allah. Sebab dikarenakan kita tidak memiliki referensi sifat kasih dan sayang-Nya dalam diri kita.    Ketika kita tidak mampu mengenal Allah, maka selanjutnya kita akan sulit khusuk dalam sholat.
Sungguh bagi sebagian orang, menemukan dan mencari referensi kasih sayang Allah di dalam dirinya, merupakan perjuangan yang melelahkan, mendaki lagi sukar. Banyak kesadaran lain yang menghijab. Banyak sekali kesadaran lain yang ikut di dalam dirinya akan melakukan pengingkaran-pengingkaran,
Bahkan mungkin akal , mungkin jiwanya sendiri juga akan melakukan pengingkaran, sehingga hati sulit sekali mendapatkan hal atau keadaan seperti keadaannya. Yaitu keadaan rahsa di dada seperti dimaksud ketika Allah melimpahkan kasih sayangnya.
Apakah kita mengerti dan memahami bagaimana keadaan tersebut ?. Tentunya kita harus belajar mengenali, belajar untuk mendapatkan contoh rahsanya, dengan suatu mujahadah yang tak kenal lelah, agar nantinya tidak salah lagi.
Kita harus terus istikomah, melewati fase-fase awal. Kesadaran-kesadaran yang berada dalam diri kita secara perlahan tapi pasti akan di singkap, bagai mengupas kulit bawang, selapis demi selapis.  Yakinlah, dengan mengenal Allah melalui sifat kasih sayang-Nya saja kita sudah akan mampu menjalani kehidupan beragama dengan tenang, puas dan ridho. Inilah pengajaran yang sederhana namun tepat guna dan manfaat.
Bila orang tua kita hanya mengajarkan “Bismillah”, maka masuki saja lebih dalam. Insyaallah dengan ini, kita akan mampu mengerjakan dan mendirikan syariat dengan lebih ringan, lebih ikhlas dan sabar. Agama selanjutnya tidak menjadi beban kita lagi. Insyaallah beragama dan berkerja akan sejalan. Meskipun penguasaan agama kita hanya sedikit.

Berguru Kepada Allah
Masih banyak yang harus disingkapkan, perihal bagaimana pengajaran Allah, bagaimana keadaannya jika kita berguru kepada Allah. Sungguh luar biasa pernyataan yang di usung Ustad Abu Sangkan.
Dalam bukunya Berguru Kepada Allah. Meski menabrak logika berfikir umat Islam, dan mendobrak ‘mainstream’ yang begitu kuat. Nyatanya  pemahaman ini secara perlahan mampu diterima masyarakat. Meski pada awalnya banyak penentangan di sana-sini.
Lambat laun, masyarakat mampu melihat dengan jernih kemana muaranya. Pemahaman ini secara tidak langsung telah melahirkan paradigma baru dalam konsep berfikir tentang Islam itu sendiri. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya atas diri beliau. Amin
Dalam perjalanan Berguru Kepada Allah, manusia akan diperjalankan, dan di ajarkan bagaimana memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.  Terutama adalah bagaimana manusia mampu memahami dualitas rahsa yang telah disusupkan oleh Allah kepadanya. Rahsa pada jiwa yaitu kefasikan dan ketakwaan.
Manusia harus mengenalinya. Membedakannya bagaimana sensasi rahsa bila kita berada dalam makom kefasikan dan bagaimana juga keadaan sensasi rahsa di jiwa ketika kita berada di makom ketakwaan. Sungguh kita harus mampu membedakan keadaan ini. Agar kita tidak tertipu.
Manusia secara perlahan diminta mengenali rahsa takut, rahsa syukur, rahsa takwa, tawakal, iman, sabar, harap, dan lain-lain, dan berikut dengan dualitasnya, yaitu rahsa kebalikannya. Digulirkan juga rahsa senang dan sedih, gembira dan nestapa, sukses dan kecewa, dan bagaimana memaknai hikmah diantara dua rahsa itu.  Kemudian bagaimana juga menetapinya, rahsa yang bagaimanakah yang bersumber dari daya Allah.
Semua akan diajarkan satu persatu. Begitu dahsyatnya pengajaran itu, hingga sangat terasa di badan. Sebagaimana halnya sampai-sampai  pada dada Rosululloh ketika sholat seperti ber-gemuruh, saking dahsyatnya, hingga terdengar oleh orang di belakangnya. Maka ketika kita diajarkan rahsa ini, sungguh kita  harus istikomah dalam keyakinan kepada Allah.
Gemuruh di dada dan bagaimana sensasinya begitu luar biasa, benar-benar  akan melumpuhkan dirinya. Bagai gelombang tsunami yang akan melemparkan apa saja.  Bagai radiasi yang akan meluluh lantakkan  apa saja yang terpapar. Semua menimpa raganya. Maka bagi manusia hanya ada satu jalan, hanya kembali kepada Allah. Tidak ada jalan kembali. Apakah dia akan menjadi kafir setelah beriman ?. Itulah taruhannya. Jika dia berbalik, sungguh siksaan Allah amatlah pedih.
Kemudian manusia juga akan diajari bagaimana membedakan sensasi bagaimana jika kita takut kepada Allah dan bagaimana juga ketika kita takut kepada selainAllah. Demikian juga untuk rahsa cinta. Bagaimana sensasi rahsa ketika kita cinta kepada Allah dan ketika kita mencintai selain Allah.
Dengan mengenali sensasi rahsa ini  (dzauq), manusia akan mengenali daya(kasyaf) yang menimbulkan sensasi tersebut. Karena hakekatnya rahsa hanyalah sebuah efek atas bekerjanya sebuah daya saja. (Lihat Kajian Sebelumnya perihal DAYA ini).
Sebuah rahsa panas yang dirimbulkan oleh alat pemanas, atau bohlam lampu misalnya, akan terasa bedanya jika daya listrik yang menghidupkannya berasal dari daya  PLN ataukah bersumber dari daya  sebuah battery.  Jika dari PLN akan lebih konstan namun jika dari baterry dayanya semakin lama akan meredup sehingga nyalanya (panasnya) akan tak beraturan.
Sensasi ini terasa nyata dan akan beda sekali bagi yang mampu merasakannya. Inilah perumpamaannya. Begitulah cara mengenali sebuah daya. Apakah daya dari Allah ataukah daya dari selain Allah. Kita mengenali dari sensasi rahsanya (dzauk).
Kemudian setelah kita mengenalinya, maka kita akan mendapatkan referensi atas rahsa yang dimaksudkan. Allah akan memberikan contoh rahsanya yang benar (hal). Bagaimana rahsa yang sungguh-sungguh benar.
Kita akan memiliki keyakinan yang kuat tentang kebenaran yang dimaksudkan-NYA. Tanpa rekayasa apapun. Betul-betul seperti di tarok saja. Setelahnya, kemudian manusia harus mengupayakan dirinya agar menempati makom tersebut, berdasarkan referensi yang sudah didapatkannya itu.
Inilah perjuangan yang terus menerus, hingga manusia mampu mencapai makom yang dimaksudkan. Begitus  seterusnya sehingga tercapailah kearifan puncak. Menjadi manusia yang (menjadi) rahmat semesta alam.

Penutup
Maka keadaannya, hanya dengan mengucapkan ‘Bismilahirohmanirrohim’  saja, ahli kitab tersebut sudah mampu memindahkan singgasana Ratu Bilqis. Sesuai permintaan Nabi Sulaiman. Begitulah yang diberitakan Al qur an. Sebab karena orang tersebut sudah mampu mengkondisikin dirinya dalam (suasana) hal dimana dan bagaimana keadaan suasana itu, saat   (ketika)  waktu   sama dengan nol (t=0). Bagaimana sensasinya, dimensinya, dan bagaimana juga keadaannya dia sudah tahu dan sudah menjadi realitas bagi dirinya.  Maka ketika orang tersebut sudah memiliki referensi sebagaimana hal ketika waktu sama dengan nol, (realitas keadaan tersebut) maka dia dengan mudahnya (masuk) berada dalam kondisi tersebut.
Ketika dia sudah dalam kondisi tersebut, (sama halnya) bagi dirinya waktu sudah sama dengan nol (t=0) maka selanjutnya mudah saja bagi dirinya berada dimana saja, dan berbuat apa saja, karena bagi dirinya segala sesuatu sudah tidak berjarak dan tidak bermassa lagi. (Lihat Kajian Misteri Sang Waktu). Maka sesungguhnya dia akan  mampu melakukan segala sesuatu dengan sangat mudahnya, seperti mengkedipkan mata saja. Melakukan semua  itu sebagai kewajaran, sebagaimana matahari yang selalu terbit, melakukan dengan kerendahan hati. Sebuah kearifan puncak manusia.  Begitulah hakekat Ilmu Laduni.
Begitulah (rahasia) kebesaran hikmah atas kita-kitab Allah, bagi orang yang mengetahui. Inilah pemahaman saya, maka kembalinya kepada sidang pembaca memaknainya. Selamat Mencoba. Wolohualam.
Salam